Rabu, 18 Juni 2014

Pertama Kali Sensasi Sempurna

Ini adalah kisah nyataku. Aku seorang istri, sebut saja Wina (bukan nama sebenarnya), 27 tahun, dan mempunya seorang suami bernama Rian, 32 tahun. Kisahku ini adalah kisah nyata yang terjadi dalam kehidupan perkawinan kami.

Sebagai suami istri, kami rutin melakukan hubungan seks tiap 3 atau 4 hari sekali. Malam ini, setelah bercinta, Mas Rian tampak menyimpan sesuatu yang ragu untuk di ungkapkannya. Belakangan aku memang kerap melihat dia seperti itu tiap kali selesai bercinta.

Belum sempat aku bertanya,dia sudah berucap duluan"Sayang,kok aku merasa hubungan kita monoton ya?!"katanya,"Sayang ngerasa enggak?".


Aku bingung mendengarnya."Maksud Mas apa sih,Wina gak ngerti."kataku sambil menarik selimut sampai bawah leherku lalu memeluknya."Mas bosan ya sama Wina?"tanyaku padanya.

"Bukan bosan Say, tapi monoton. Gaya sex kita itu-itu aja." jawabnya.

Aku tertawa sambil mempererat pelukanku,"Mas ini ada-ada aja,"kataku."Rasanya kita sudah praktekin semua gaya deh. Variasi kita sudah banyak kok. Apanya yang monoton Mas?"

Dia tidak menjawab. Mas Rian malah balik bertanya padaku," Say, sayang punya fantasi gak?".

"Fantasi apa mas?"tanya ku.

"Yaah..,fantasi seks yang gila gitu,yang liar. Sesuatu yang baru yang bikin tegang, fantasi seks yang mendebarkan. Sayang punya fantasi seperti itu nggak?!"jawabnya sembari balik bertanya.

"Gak ada mas",jawabku."Selama dengan Mas, semua fantasi Wina sudah tercapai kok. Hayo,berarti Mas yang punya fantasi ya. Emangnya apa fantasi Mas?"tanyaku padaku sambil terus memeluknya.

"Fantasi Mas ya itu tadi. Sesuatu yang baru,yang mendebarkan juga menggairahkan."jawabnya sambil membelai rambutku.

"Iya,Wina tau,"kataku."Tapi bentuknya seperti apa mas? Bilang deh,Wina akan ikuti mau Mas asal Mas senang dan Wina juga menikmatinya". Saat itu kurasakan dadanya bergemuruh kencang.

Melihatnya diam saja dan cuma membelai kepalaku yang disandarkan di dadanys saja,aku bertanya lagi," mas,kok diam? Bilang sama Wina fantasi seperti apa yang Mas mau? Ngomong aja Mas. Wina gak akan marah kok. Siapa tau fantasi Mas itu bisa bikin Wina tambah menikmati percintaan kita ya kan??".

Dengan suara ragu Mas Rian berkata,"Tapi sayang janji jangan marah ya? Soalnya kan ini cuma fantasi aja,cuma khayalan. Janji gak marah?".

Aku menjawab,"iya,Wina janji ga akan marah. Masa sih Wina marah cuma gara-gara Wina tau fantasi atau hayalan Mas aja? Wina gak akan marah Mas. Bilang deh. Wina jadi penasaran nich".

"Mas pengen banget threesome."kata Mas Rian lalu. Mendengar itu,aku lalu duduk didepannya membiarkan sepasang dadaku terbuka dan berjuntai indah.

"Maksud Mas threesome itu apa? Wina gak ngerti deh?" kataku. Aku kurang paham istilah threesome.

Mas Rian lalu menjelaskan. "Threesome itu dua cowok menyetubuhi satu cewek gantian. Ceweknya melayani dua cowok bersamaan. Seperti DVD yang kita tonton tadi itu loh."

Aku dan Mas Rian tadi memang menonton bokep dulu lalu bercinta.Aku mencoba mencerna kata-kata kekasihku yang sangat ku cintai ini. Aku mulai paham maksudnya. Tapi untuk memastikan,aku bertanya padanya.,

"jadi maksud Mas,Mas mau ngentot cewek berdua dengan satu cowok lagi? Mas dan cowok itu ngentot satu cewek ganti-gantian? Gitu maksud Mas?".

"iya",jawab Mas Rian,"Mas ingin sekali ngentot satu cewek berdua dengan cowok lain. Tapi jangan marah dulu,ini kan cuma hayalan sayang."katanya lalu meraih tubuhku dan memelukku lalu membelai rambutku.

Aku lalu berkata,"Gak boleh!! Mas gak boleh bercinta dengan cewek lain selain sama Wina. Wina gak rela!!".

"Loh,memangnya tadi Mas ada bilang kalo Mas mau ngentot cewek lain??!! Gak kan?!"kata Mas Rian.

Bagai petir menyambar di dekatku kekagetanku. Secepat kilat pikiran buruk menyelinap di otakku.Secepat kilat aku melepaskan diri dari pelukannya lalu menatapnya tajam.

"Maksud Mas apa? Maksud Mas,Mas mau ngentot Wina berdua dengan cowok lain? Mas mau nyuruh Wina melayani cowok lain? Maksud Mas,Mas mau melihat Wina dientot cowok lain dan kalian ngentot Wina bergantian??!! Apa itu maksud Mas?!" kataku dengan nada tinggi.

"iya sayang"jawabnya lirih.

Aku melepaskan nafas berat sambil berkata,"Kok Mas tega sih mengijinkan cowok lain menjamah dan menikmati tubuh Wina, istri yang Mas cinta?! Atau, Mas sudah gak cinta Wina lagi?!".

Mas Rian menatapku sambil menjawab,"Mas sayang,Mas cinta. Aduh sayang,jangan marah. Kan tadi sudah janji ga akan marah. Lagipula ini kan cuma khayalan,cuma fantasi".

Aku meledak lagi,"Tapi khayalan Mas itu keterlaluan. Wina gak ngerti kenapa Mas bisa punya fantasi seperti itu. Sekarang jelaskan sama Wina,kenapa Mas bisa berfantasi seperti itu.".

"Mas ingin melakukannya karena itu adalah fantasi Mas yang sudah lama banget ingin Mas wujudkan"kata Mas Rian.

"Tapi kalau itu terwujud,Wina akan disentuh orang lain kan?!"tanyaku kesal,"Apa Mas rela?!"

Mas Rian menarikku dalam pelukannya lagi dan membelai rambutku lalu berkata,"Mas gak rela kalau Wina melakukannya di belakang Mas. Tapi ini kan beda sayang. Mas mengijinkannya,karena Mas juga ikut dalam permainan ini".

Lemas aku mendengar kata katanya. Aku sangat mencintainya,dan akupun tau dia juga begitu. Tapi apakah dengan fantasinya itu dia masih mencintaiku?

Melihatku diam saja,Mas Rian juga ikut diam. Sementara aku sendiri memikirkan kata katanya barusan. Aku melayani 2 lelaki sekaligus di atas tempat tidur?! Jujur saja dadaku berdebar2 jadinya. Rasa takut dan penasaran berbaur jadi satu. Kupejamkan mataku,lalu mencoba membayangkan seandainya itu benar2 terjadi.

Kubayangkan tubuh indahku di jamah orang lain dengan di saksikan Mas Rian suamiku. Kubayangkan saat tangan Mas Rian meremas buah dadaku,ada lelaki lain yang di saat bersamaan menciumi memekku,atau bahkan sedang menyetubuhiku. Kubayangkan juga lelaki lain itu menciumi buah dadaku sementara Mas Rian sedang menjilati itilku.

Ooohhh...,entah mengapa aku sangat terangsang sekali dan luar biasa bergairah membayangkannya. Benar kata Mas Rian,itu adalah sebuah fantasi yang benar2 erotis dan mendebarkan.

"Sayang",kata Mas Rian tiba2,"fantasi itu tadi kan cuma khayalan. Jadi jangan terlalu di pikirkan. Namanya juga khayalan".

Aku menjawabnya lirih,"Mas,jika itu benar2 terjadi Mas pasti gak akan mencintai Wina lagi dan akan meninggalkan Wina kan?!"

Sambil terus membelaiku,Mas Rian berkata,"Sayang..Apapun yang terjadi Mas akan tetap mencintai Wina dan gak akan ninggalin Wina. Ini semua gak ada hubungannya dengan perasaan kita. Ini murni tentang variasi dan kepuasan seks kita. Ini murni soal seks dan sesuatu yang baru dan liar dalam hubungan seks kita supaya gak monoton. Wina paham kan sayang?"

Aku mengangguk pelan. Aku benar2 bingung kini. Fantasi Mas Rian memang mendebarkan dan sungguh membuatku penasaran. Di satu sisi aku ingin benar merasakan sensasi disetubuhi 2 lelaki sekaligus. Tapi di sisi lain aku takut Mas Rian sakit hati lalu meninggalkanku,walaupun aku tahu dan yakin Mas Rian gak akan meninggalkanku.

"Sayang,memangnya Wina mau melakukannya?"tanya Mas Rian lagi.

Aku menggumam pelan,lalu menjawab lirih,"Wina...Wina..mau Mas.."jawabku.

Yah..,akhirnya aku satu suara dengan fantasi Mas Rian suamiku Toh aku tidak berkhianat karena Mas Rian juga sangat menginginkannya. Lagipula,mencari pengalaman baru yang menyenangkan bersama kekasih tercinta sah2 saja selama saling mencinta. Ditambah lagi,aku juga ingin tahu rasanya disetubuhi 2 lelaki sekaligus.

"Wina yakin?"tanya Mas Rian memastikan.

"Iya Mas,Wina yakin banget"jawabku tegas. Mas Rian tersenyum lalu mencium lembut bibirku.

"Tapi,ada sedikit aturan sayang"kata Mas Rian.

"apa peraturannya Mas?"tanyaku penasaran.

"Pertama,Wina harus bermain lepas. Jangan canggung. Jangan karena ada Mas lalu sayang jadi takut berekpresi. Jangan pikirkan apapun. Nikmati saja permainan itu. Apapun yang mau Wina lakukan selama permainan kita itu nanti,lakukanlah. Mas ingin sayang benar2 menikmati permainan itu sebagai cewek,sebagai manusia,bukan sebagai pacar Mas. Wina bisa kan sayang?"tanya Mas Rian setelah panjang lebar.

"Iya Mas,Wina paham"jawabku dengan berdebar,"Wina janji akan benar2 menikmati permainan itu tanpa canggung walaupun ada Mas" Aku merasakan sekujur tubuhku lemas dan aku semaki tenggelam dalam pelukan Mas Rian. Kurasakan debaran jantungnya begitu kencang,sama kencangnya seperti debaran jantungku.

"Oh Mas"kataku lirih,"kenapa kita bisa segila ini Mas? Wina gak pernah membayangkan buah dadaku,memekku juga,dijamah lelaki lain. Wina gak pernah membayangkan akan dientot lelaki lain selain Mas,apalagi dientot 2 lelaki sekaligus. Apa kita gila Mas?"

Mas Rian menjawab,"kita gak gila sayang,wajar kalau kita mencari nuansa baru dalam hubungan seks kita tanpa harus berkhianat."lalu Mas Rian menyambung,"Mas sudah gak sabar menunggu saat itu tiba. Kalo sayang gimana? Apa sudah gak sabar juga?"

Pertanyaannya mengagetkanku. Aku malu jika menjawab iya. Tapi selama ini kami selalu terbuka dan jujur dalam soal seks. Kami tak sungkan saling mengungkapkan hasrat kami dengan kata2 paling kotor sekalipun.

"Mmmmm....iya Mas",jawabku akhirnya,"terus terang,Wina juga sudah gak sabar Mas. Wina berdebar debar membayangkannya Mas. Mas gak marah kan sayang?"

Mas Rian tertawa lalu menjawab,"Mas gak marah sayang. Mas malah senang Wina merasa begitu. Itu akan sangat membantu di saat hal itu terjadi".

Lalu menyeruak satu pertanyaan di benakku. Kapan kami akan melakukannya? Lalu siapa lelaki yang akan jadi partner kami? Apa Mas Rian sudah punya calon?

Ketika ku utarakan hal ini,Mas Rian menjawab,"Gak sekarang sayang. Kita harus cari waktu yang tepat. Kondisi Wina harus dalam keadaan prima. Sayang juga harus dalam keadaan tidak subur. Cowoknya juga harus yang gak kita kenal,dan bukan orang sembarangan. Yang jelas,gak sekarang sayang".

Oh..,jawabannya membuatku kecewa. Aku sudah tak sabar,tapi dia memang benar. Aku juga gak mau sembarang lelaki yang menyetubuhiku.

Singkat cerita,Mas Rian memotret tubuh telanjangku dengan handphonenya. Katanya untuk ditunjukkan pada lelaki yang akan jadi partner seks kami. Aku setuju saja dengan syarat foto2ku nanti hanya diperlihatkan,bukan diberikan. Diam diam aku merasa bangga bahwa akan ada lelaki lain yang akan menyaksikan kemolekan tubuhku walaupun baru sebatas foto. Sudah kodrat wanita untuk merasa begitu kurasa. Walaupun kebanyakan malu untuk menyatakannya terus terang. Tubuhku yang mulus,buah dadaku yang ranum dan padat,pinggul dan pantatku yang besar,memekku yang mungil dan segar namun berbulu lebat,semuanya tak lepas dari bidikan handphone Mas Rian.

Setelah itu kami lalu bercinta dengan liar. Sepanjang bercinta,tak henti2nya kami mengungkapkan fantasi kami tentang ngeseks bertiga. Apalagi aku memang suka sekali mengungkapkan kata2 kotor saat bercinta. Saat Mas Rian tengah menyetubuhik,aku membayangkan buah dadaku tengah diremas2 lelaki lain dan akupun tengah mengulum dan menghisap kontolnya yang besar dan panjang. Oouuhh..,aku semakin bergairah. Percintaan kami menjadi semakin liar dan liar.

Aku jadi suka meremas remas dadaku sendiri dan memainkan itilku sambil membayangkan dua lelaki tengah mencumbuku. Dan saat aku sudah benar2 terangsang,aku berbaring di tempat tidur sambil menggerayangi tubuhku sendiri. Ku remas kuat kuat buah dadaku sambil memilin putingnya dan kumainkan itilku sambil memasukkan jari2ku ke dalam lubang memekku,meresapi kenikmatan yang menjalar dengan membayangkan dua lelaki tengah mencumbui tubuh indahku. Oohh..,aku benar2 bergairah membayangkannya dan sudah sangat tak sabar untuk mengalaminya.
Semalam Mas Rian bercerita bahwa dia sudah menemukan orang yang tepat. Namanya sebut saja Beni,usianya 29 tahun. Dari fotonya aku melihat bahwa dia orang yang ganteng. Kata Mas Rian Beni ini adalah manajer sebuah perusahaan penyalur handphone dari kota B. Beni langsung setuju ketika Mas Rian menawarkan untuk threesome ketika diperlihatkan foto2ku.

Aku ingat benar hari itu. Semenjak pagi aku sudah gelisah dan berdebar. Mas Rian tampaknya masih sibuk. Aku takut acara hari ini batal. Apalagi mendung menggantung dari pagi.Tepat jam 3 Mas Rian datang. Sesampainya di sana Mas Rian menyuruhku mandi sementara dia sendiri menunggu kedatangan Beni (seterusnya aku panggil Mas Beni).Segera aku masuk kamar tidur,lalu mandi dikamar mandi yang terletak dikamar. Kubersihkan tubuhku sebersih mungkin. Setelah mandi,aku memakai kaos oblong putih tanpa BH hingga payudaraku membayang,lalu memakai celana pendek dari jeans yang kupotong tanpa memakai celana dalam hingga pahaku yang putih mulus terpampang jelas. Kusapukan bedak tipis diwajahku,lalu ku oles bibirku dengan lipstik merah jambu tipis saja. Lalu ikut bergabung dengan Mas Rian diruang tamu menunggu kedatangan tamu istimewa kami. Mas Rian menatapku dengan takjub,"kamu memang cantik dan seksi sayang," katanya.

Aku hanya tersenyum sambil menjatuhkan diri dalam pelukannya.Tiba2 hujan turun dengan derasnya. Saat itulah Mas Beni datang.

Oh..dia memang ganteng dan berbadan tegap. Saat Mas Rian mengenalkan kami,ku lihat berkali2 dia mencuri pandang ke arah dadaku yang membusung dan membayang dari balik bajuku dan kadang dia melirik pahaku. Aku sedikit risih,tapi juga bangga.

Mas Beni lalu minta ijin untuk mengganti pakaiannya yang sdikit basah. Mas Rian mengantarnya ke kamar tamu,sementara aku sendiri masuk ke kamar Mas Rian,menghidupkan TV,lalu duduk berselonjor Masi diatas tempat tidur sambil bersandar dikepala tempat tidur. Inilah saatnya,pikirku. Ooh..,aku sudah sangat tak sabar. Jantungku berdetak semakin kencang. Rasa takut,penasaran,gairah,birahi,ragu,semua bercampur jadi satu.

Tak berapa lama mereka masuk kedalam kamar. Aku tambah berdebar. Apalagi mereka hanya mengenakan celana pendek saja dan bertelanjang dada. Mas Rian langsung naik keatas tempat tidur lalu duduk di samping kiriku. Mas Beni juga ikut naik dan duduk di samping kananku walaupun posisinya tak serapat Mas Rian. Jadilah aku diapit dua lelaki yang sebentar lagi akan menjamah dan menikmati tubuhku. Aku semakin berdebar.

Suasana aku rasakan sdikit canggung. Untuk mencairkan suasana,Mas Rian dan Mas Beni berkali2 melontarkan joke2 lucu yang membuat suasana agak sdikit rileks.

Setelah beberapa saat,Mas Rian merangkulku dari belakang sambil berkata,"hujannya tambah deras ya? Enaknya ngapain yah.." aku tak menjawab,Mas Beni juga. Seakan2 kata2nya tadi merupakan aba2 di mulainya pesta ini. Dan benar saja.

Kedua tangan Mas Rian yang merangkulku dari belakang perlahan menyusup masuk kebalik kaosku,menyentuh buah dadaku yang memang tak memakai BH,lalu mulai meremasnya lembut. Aku mulai terangsang. Aku melenguh pelan. Ku lihat Mas Beni menyaksikan kami dengan tenang.

Mas Rian lalu menyingkap kaosku lalu menariknya lepas dari tubuhku. Buah dadaku telanjang sudah. Gundukan bukit kenyal itu kembali diremas2 lembut oleh Mas Rian. Mas Beni mulai bergerak. Dibelainya Masiku mulai dari lutut terus kepahaku. Usapannya membuatku semakin terangsang. Untuk mempermudah posisi,ku letakkan tubuhku didepan Mas Rian sedikit miring,lalu bagian bawah tubuhku ku condongkan sedikit ke arah Mas Beni.

Dadaku semakin bergemuruh saat kulihat Mas Beni melepaskan kaitan celanaku dan menurunkan resletingnya. Kurasakan remasan tangan Mas Rian pada buah dadaku semakin melembut. Perlahan sekali,Mas Beni menurunkan celanaku. Kuangkat sedikit pahaku agar dia lebih mudah melepaskan celanaku.

Oh,kini vaginaku telah terlihat jelas. Bukit mungil berbelah dan sedikit menggunduk berbulu di bawah perutku itu kini ditinggalkan penutupnya yang telah terbang ke lantai. Aku telanjang sudah.

Mas Rian menghentikan remasannya pada buah dadaku dan menyingkirkan tangannya dari situ. Dengan posisi tubuhku yang setengah berbaring dan bersandar pada Mas Rian dan bagian bawah tubuhku yang setengah condong ke arah Mas Beni,aku semakin terlihat menggairahkan.

Ketika Mas Rian menyingkirkan tangannya dari dadaku,aku tahu bahwa Mas Rian suamiku memberikan kesempatan kepada Mas Beni untuk menikmati keindahan tubuhku dengan matanya. Ku lihat mata Mas Beni menjelajahi tiap inci tubuh telanjangku dengan berbinar2 sambil sesekali meneguk liurnya. Ah,lemas rasanya tubuhku. Kujatuhkan tubuhku ke pangkuan Mas Rian dan berbaring sepenuhnya. Ya Tuhan...Ini adalah pertama kalinya tubuh telanjangku di lihat oleh lelaki lain selain Mas Rian. Tetapi sungguh,aku sangat menikmatinya.

"Wina,kamu cantik sekali",kata Mas Beni sambil tersenyum,"Tubuhmu juga bagus banget. Rian,kamu pasti sangat mencintainya"

Mendengar itu Mas Rian tersenyum lalu membelai rambutku sambil berkata,"Iya,aku sangat mencintai Wina apapun yang terjadi". Hatiku menjadi sejuk mendengarnya.

"Wina juga sayang dan cinta banget sama Mas Rian" kataku mesra.

Mas Beni lalu menyentuh buah dadaku dengan kedua tangannya,lalu membelai belai dengan lembut. Darahku langsung berdesir. Mas Beni mulai meremas buah dadaku dengan lembut sambil sesekali memilin milin putingnya. Nafasku mulai memburu,birahiku perlahan mulai naik.

Aku memandang Mas Rian yang masih membelai rambutku dengan tangan kirinya. Mas Rian tersenyum padaku sambil mengangguk. Itu cukup sebagai pertanda untukku. Desahan yang sejak tadi kutahan,kini kulepaskan. Aku mendesah pelan meresapi kenikmatan kecil yang kudapatkan dari remasan tangan Mas Beni pada payudaraku.

Tangan Mas Beni lalu turun perlahan menyusuri perutku. Kini ganti tangan kanan Mas Rian yang meremas dadaku kiri kanan bergantian. Sementara itu tangan Mas Beni terus turun menyusuri perutku menuju memekku. Tubuhku menggelinjang. Secara naluriah,aku melebarkan pahaku dan mengangkang saat tangan Mas Beni telah menyentuh memekku.

Mas Rian kekasihku masih terus saja meremas-remas buah dadaku. Sementara Mas Beni mulai membelai-belai memekku. Oohh..aku serasa terbang. Aku buka pahaku semakin lebar hingga memekku semakin terpampang. Mas Beni mulai beraksi dengan liar di memekku. Aku rasakan dia membuka belahan memekku,lalu jarinya bermain dimemekku yang telah mulai basah. Saat jarinya bermain di itilku,kenikmatan tiba-tiba menyengat.

"Ooouugh...."aku mendesah nikmat. Aku benar-benar terbuai. Aku terus mendesah dan mengerang lirih menikmati setiap rangsangan yang datang. Suamiku yang meremas-remas dan memilin puting buah dadaku,dan lelaki lain yang tengah memainkan memek dan itilku. Oh..,luar biasa sensasinya.

"Aaaaahhhh...." aku mendesah lagi. Semakin lama aku semakin terbuai. Apalagi saat Mas Rian mulai menciumi dan menyedot-nyedot buah dadaku. Uukh...nikmatnya tak terkira. Aku hanya bisa mendesah dan mengerang sambil menggeliat-geliat erotis. Memekku semakin nikmat rasanya karena Mas Beni terus dan terus memainkan itilku. Aku terus mengerang nikmat sambil mulai mengeluarkan kata-kata panas. "Aaaahh...oohh...sayang...terus sedot teteku Mas...aaaakhh...Mas Beni....mainin terus itilku Mas...ooh...nikmatnya Mas..oh.."

Mereka tampak semakin bernafsu mendengar kata-kataku. Tiba-tiba Mas Rian suamiku turun dari tempat tidur sambil berkata,"Mas mau pipis dulu ya sayang,Wina sama Beni dulu yah".

Aku mengangguk sambil terus mendesah. Tapi yang kulihat,Mas Rian menghidupkan rokoknya sambil terus memperhatikan adeganku dan Mas Beni di tempat tidur. Rupanya Mas Rian sengaja memberi kesempatan pada Mas Beni untuk duluan mencumbuiku. Ada sedikit rasa risih dan canggung menyeruak sekilas karena aku bercumbu di saksikan oleh orang yang kucintai dan mencintaiku. Tapi aura kenikmatan yang melingkupiku,membuat perasaan canggung itu hilang.

Mas Beni lalu merebahkan tubuhnya di sisi kiri tubuhku. Tangan kanannya masih bermain dimemekku,membuat birahiku semakin memuncak saja. Tangan kirinya lalu disusupkan dibawah kepalaku. Sambil terus memainkan jarinya di itilku,Mas Beni mendekatkan wajahnya ke arahku untuk menciumku. Aku yang memang sudah terbakar birahi dari tadi,dengan tidak sabaran merangkulnya lalu menyambar mulutnya. Kami kemudian berciuman dengan rakusnya.

Permainan jari Mas Beni semakin menghebat dan makin nikmat. Tubuhku menggelinjang liar. Erangan nikmat yang keluar dari mulutku kini hanya berupa gumaman tertahan di sela-sela ciumanku yang dengan rakusnya meladeni lumatan bibir Mas Beni.

Tiba-tiba aku merasa permainan jari Mas Beni di memekku be3rhenti dan dia singkirkan jarinya dari situ. Aku hampir protes ketika aku merasakan belahan memekku dibuka lebar lalu sesuatu yang basah dan hangat menyapu sekujur memekku. Oooh...nikmatnya.

Kulepaskan pelukanku pada tubuh Mas Beni juga ciumanku,lalu melihat ke bawah perutku. Ternyata Mas Rian kekasihku itu,dengan tubuh telanjang sedang menciumi dan menjilati memekku diantara Masiku yang mengangkang lebar. Kini aku benar-benar terbang. Aku mendesah semakin liar.

"Aaaaahh...ooough...aahh..aahh..."aku mengerang nikmat sejadinya. Desahan dan erang kenikmatanku membuat mereka berdua bernafsu. Mas Rian terus menciumi dan menjilat itilku sambil sesekali jarinya masuk ke dalam lubang memekku dan Mas Beni sendiri tengah melumat sepasang buah dadaku dengan rakusnya. Aaaaahh...aku benar-benar terbang. Kenikmatan yang menjalari seluruh tubuhku datang dengan tak henti-hentinya.

Entah kapan terjadinya,tiba-tiba saja Mas Beni sudah telanjang. Dia berlutut di depan wajahku sambil menyorongkan kontolnya. Oh,kontol Mas Beni besar juga,lebih besar dan lebih panjang dari kontol Mas Rian. Segera ku kocok kontol itu dengan tanganku,lalu kumasukkan ke mulutku. Mmmm...kontol Mas Beni terasa penuh di mulutku. Kontol itu ku sedot,ku jilat,dan ku hisap dengan rakusnya. Ku lirik Mas Beni yang tengah menikmati hisapanku pada kontolnya dan kulihat juga Mas Rian yang tengah asik melumat memekku.

Mas Rian lalu bergerak merubah posisi kami bertiga. Dia bersandar di kepala tempat tidur,lalu ditariknya tubuhku untuk bersandar pada tubuhnya. Aku menyandarkan tubuhku,tapi dalam posisi setengah berbaring. Kedua tangan Mas Rian merangkulku dari belakang. Tangan kirinya lalu meremas payudara kiriku dan tangan kirinya mengucik memekku. Birahiku meledak lagi.

"Aaaaahh...ah.." eranganku meliar lagi. Birahiku benar-benar memuncak saat ini sehingga dengan tangan kananku ku remas-remas buah dadaku sendiri yang sebelah kanan. Ku lihat Mas Beni beringsut mendekati. Di sela desahanku dan sambil terus meremas payudaraku sendiri,ku panggil dia.

"Aaaahh..Mas..Beni.. ciym dadaku kaaakhh..." Mas Beni langsung menerkam buah dada kananku lalu melumatnya habis-habisan. Kutekan kepala Mas Beni agar lebih rapat dan tenggelam dalam gundukan payudaraku. Oh...sentakan kenikmatan kecil sungguh melambungkanku.

Aku benar-benar menyukai posisi ini. Aku bersandar pada tubuh Mas Rian yang merangkulku dari arah belakang. Tangan kirinya meremas payudara kiriku dan tangan kanannya mengucik memekku. Lalu ada Mas Beni yang tengah melumat buah dadaku yang kanan. Sensasinya benar-benar luar biasa. Tubuhku menggeliat-geliat liar. Erangankupun tak kalah menggairahkan.

"Aaaaahh......Mas...remas dadaku terus..Mas..aah.. gosok me..mek..ku Mas..terus...ah.."

Ditengah eranganku,Mas Beni tiba-tiba bergerak ke arah selangkanganku. Jantungku berdetak makin kencang. Pemanasan tadi saja sensasinya begitu luar biasa,apalagi intinya ini. Dia berlutut tepat di depan selangkanganku. Diangkatnya kedua pahaku yang mengangkang lebar,lalu diletakkan diatas pahanya. Lalu diarahkan Mas Beni kontolnya tepan di depan memekku yang masih dikucik-kucik Mas Rian.

Aku tak sabar menanti untuk dientot oleh Mas Rian. Gairahku yang memuncak membuatku ingin segera disetubuhi secepatnya.

"Aaahh..cepat...Mas..."pintaku pada Mas Beni di sela eranganku.

"Apanya yang cepat sayang?" tanya Mas Rian sambil terus meremas payudaraku dan mengucik memekku.

"Oohh...cepat...entot...Wina...Mas..."sahutku sambil mengerang dan menggelinjang tak karuan. Tapi mereka terus saja bertanya,seakan memainkan birahiku.

"Siapa yang mau ngentot Wina sayang?"tanya Mas Rian lagi.

"Iya Wina,siapa yang ngentot Wina?" Mas Beni ikut menimpali.

"Mas...Beni...oh...cepat...Mas Beni...entot Wina...cepat Mas...aah..masukin..kontol Mas Beni...ke memek Wina Mas...ooh..." aku menceracau tak karuan.

Oh..,aku memang sudah tak sabar merasakan kontol Mas Beni masuk ke dalam memekku. Aku sudah sangat ingin merasakan kontol lelaki lain di dalam memekku. Aku angkat-angkat pinggulku sambil menatap Mas Beni dengan tatapan memohon. Lalu Mas Rian menyingkirkan tangannya dari memekku. Mas Beni sendiri menekan pinggangnya.

Lalu kurasakan kontol Mas Beni yang besar dan panjang mulai memasuki memekku sedikit demi sedikit. Aku mengerang tertahan. Gesekan kontolnya di dalam memekku terasa begitu nikmatnya. Aku mulai tak terkendali.

"Aaaaahh..nikmat...enak Mas...terusshh...masukin semuaaahh...aahh.."

Dan dengan satu hentakan lembut,akhirnya seluruh kontol Mas Beni masuk dan tertanam seluruhnya dalam memekku.

"Aaakh...!!" aku memekik nikmat.

Sensasinya luar biasa sekali. Memekku terasa penuh karena kontol Mas Beni yang besar dan panjang. Mas Beni lalu mulai menggoyang lembut dan teratur,membuatku terbang ke nirwana. Sesekali ku angkat pinggulku,menyongsong hentakannya agar kontol Mas Beni tertanam sedalam mungkin.

"ah...ah...ouh...ah...aahh..." desahanku membuat Mas Beni semakin bersemangat mengentot aku.

Oh,aku benar-benar terbuai. Tubuhku tak lagi bersandar ditubuh Mas Rian,tapi sedikit demi sedikit mulai turun dan telentang sepenuhnya dengan kepalaku yang berada dipangkuan Mas Rian.

Mas Rian sendiri kini duduk sedikit membungkuk sambil meremas remas buah dadaku. Tak pernah kubayangkan ini terjadi. Aku berbaring di pangkuan suamiku yang tengah meremas payudaraku,dan disaat bersamaan ada lelaki lain yang tengah menyetubuhiku didepan matanya. Oh,ini betul-betul kegilaan yang menyenangkan.

Sambil menikmati sentakan2 kenikmatan yang datang,ku dongakkan kepalaku memandang Mas Rian. Ternyata Mas Rian tengah memperhatikan kontol Mas Beni yang tengah keluar masuk dimemekku,dan juga memperhatikan ekspesi kenikmatan dan birahi yang terpampang di wajahku. Kontol Mas Beni yang keluar masuk dimemekku,erangan dan desahanku,mataku yang sayu,serta sentakan2 refleks tubuhku dan geliat tubuh telanjangku,semua rupanya tak lepas dari pengamatannya.

Mas Rian balas menatapku. Ada sinar kepuasan di matanya. Seakan akan ingin mengatakan bahwa dia bahagia telah berhasil memberiku pengalaman baru yang menyenangkan. Mas Rian tersenyum.

Oh,cintaku padanya benar2 meluap kini. Demi kepuasan kami berdua yang lebih dan lebih puas lagi,apapun dia lakukan. Apapun juga telah dan akan ku lakukan demi kepuasan kami berdua,tanpa harus selingkuh atau berkhianat. Benar kata Mas Rian waktu itu bahwa ini semua tak ada hubungannya dengan perasaan. Ini semua semata hanya soal seks. Buktinya saat ini,cintaku padanya tak berkurang walaupun idenya ini membuatku terjamah dan dientot lelaki lain. Malah cinta dan sayangku bertambah besar.

Oh,aku semakin melambung dan melambung. Aku benar-benar menikmati semua ini. Mas Rian sangat senang mendengar aku mengucapkan kata kata panas sebagai ungkapan kenikmatan yang aku rasakan.

"Wina lagi ngapain sayang?"tanya Mas Rian padaku yang tengah terguncang2 dan mendesah2.

"Wina...aahh...lagi...dientot aaahh...lagi entotan...Mas..aaahh...nikmaatnyaaaah..." aku menjawab sambil mendesah nikmat.

Sekilas ku lihat Mas Beni menyeringai. Oh.,aku tak peduli. Aku hanya ingin menikmati semua ini sepuasnya.

"Siapa yang lagi ngentot Wina sayang?" tanya Mas Rian lagi.

"Mas Beni...aah...aahh...Wina lagi aaah...dientot...Mas Beni...hhh..".

"Wina enak gak di entot sama Mas Beni?"kali ini Mas Beni yang bertanya.

"Oookhh...nikmat dong...aahh...kontol Mas Beni...enaaaaakh..."

Perlahan aku merasakan kenikmatan semakin memuncak. Tiba2 Mas Rian menyingkirkan tubuhnya,lalu berlutut di sampingku. Dengan rakus ku sambar kontolnya lalu menghisapnya. Oh,benar-benar nikmat persetubuhanku kali ini.

Aku mengerang,mendesah nikmat,dan menggelinjang2 karena ada pria asing tengah menyetubuhiku,dan aku sendiri tengah mengoral kontol kekasihku. Sungguh pengalaman seks yang luar biasa.

Mas Beni semakin liar dan makin cepat menyetubuhiku. Tubuhku terguncang makin hebat di iringi pekikan ku. Mas Rian menyingkir ke sisi tempat tidur. Mas Beni yang sejak tadi menyetubuhiku dalam posisi berlutut,kini menjatuhkan tubuhnya menindihku sambil bertumpu pada sikunya. Dengan tak sabar kupeluk dia lalu kami mulai berciuman dengan rakusnya. Dibawah tindihan Mas Beni yang menyetubuhiku,ku sentak-sentakkan pinggulku ke atas,mengimbangi gerakan naik turun pinggang Mas Beni yang cepat dan bertenaga. Kenikmatan yang ku rasakan semakin memuncak,membuatku menggelinjang semakin liar di bawah tindihan Mas Beni. Pelukanku semakin erat dan ciumanku semakin rakus.

"mmmmhhh...ah..mmmmhh...oh...cepat Mas...mmmhh...Wina hampir aaahh...aah..." pekikku. Yah,aku hampir meraih puncak kenikmatan. Mas Beni benar-benar semakin cepat dan semakin kuat menghentak2 di selangkanganku.Sedikit lagi...oh..sedikit lagi..
"aaaaaaakkhhhh.....dikit..lagi ...aaaah...yaaahh...yaaaah...ah...ah...ah...aaaaaa aaaaaaagghh...oooooohh...aaaaaaaahh..."

Aku memekik dan mengerang panjang saat puncak kenikmatan itu kuraih. Mataku terpejam rapat,kepalaku mendongak,dan mulutku terbuka meluapkan pekik kenikmatan yang tiada tara. Kupeluk erat2 tubuh Mas Beni yang menindihku. Tubuhku bergetar dan mengejang saat kenikmatan tak terhingga muncul di memekku dan menjalar ke seluruh tubuhku.

Ooohh...nikmatnya tiada tara. Aku terkulai lemas sementara Mas Beni masih terus menggenjotku walaupun tak sekuat tadi. Goyangannya menjadi lembut. Memekku terasa lebih licin. Aku terkapar,meresapi sisa2 kenikmatan yang masih tersisa. Tubuhku tersentak2 kecil menandakan masih ada sisa2 orgasme yang bisa ku nikmati.

Tiba2 Mas Beni melepaskan tindihannya dan mencabut kontolnya dari memekku. Lalu ganti Mas Rian kini yang berlutut di depan selangkanganku.

"Sekarang Wina entotan sama Mas ya sayang.."kata Mas Rian. Aku tersenyum sambil mengangguk lemas. Aku pejamkan mataku,meresapi kontol Mas Rian yang mulai masuk,dan setelah itu mulai keluar masuk pada lubang memekku. Kontol Mas Rian memang tak sebesar dan sepanjang kontol Mas Beni tadi,tapi tetap saja nikmat. Saat ku buka mataku,kulihat Mas Beni mulai menjilati buah dadaku.

Oh...inikah sensasinya bercinta bertiga?? Sensasinya datang tak henti2nya. Gairahku bangkit lagi. Mulutku mulai lagi mendesah dan mengeluarkan kata2 hot.

"aah...aah...entotan enaaaakh...oh..". Mas Beni terus melumat buah dadaku yang terguncang2 karena hentakan Mas Rian yang menyetubuhiku. Oh,sensasinya luar biasa.

"aaaaahh....terus...oh..." aku mendesah gairah,aku merintih birahi,aku mengerang nikmat,aku mengeluarkan kata2 kotor. Walaupun belum puncaknya,tapi kenikmatan yang datang cukup melambungkanku saat dua lelaki ini tengah mencumbuiku.

Di saat aku tengah mendaki sedikit demi sedikit puncak kenikmatan,Mas Rian tiba2 mencabut kontolnya lalu bergerak cepat bersandar dikepala tempat tidur. Secara bersamaan,Mas Beni melepaskan ciumannya di buah dadaku. Belum sempat ku sadari apa yang terjadi,tubuhku sudah dibalikkan hingga tengkurap. Aku disuruh nungging. Kuangkat pantatku hingga menjulang dengan bertumpu pada lututku. Ku lekukkan bagian atas tubuhku ke bawah dengan bertumpu pada sikuku,bukan dengan telapak tanganku,sehingga posisi tubuhku semakin menggairahkan.

Mas Beni lalu berlutut tepat di depan pantatku yang menjulang,lalu mulai memasukkan kontolnya ke memekku lagi,menyetubuhiku dari belakang. Aku memekik. Kenikmatan kecil datang menyengat. Aku lalu mulai mengulum kontol Mas Rian kekasihku yang duduk di depanku.

Ough...kenikmatan mulai menjalar lagi. Semakin nikmat gesekan Mas Beni ku rasakan pada memekku,maka semakin rakus aku mengulum dan menyedot kontol Mas Rian. Apalagi kini Mas Rian mulai meremas-remas buah dadaku yang bergantungan. Akh...benar-benar mengasikkan. Beberapa saat kemudian,ku rasakan Mas Beni mengentotku semakin cepat dan kuat. Akupun merasa puncak kenikmatan akan ku raih kembali. Maka kulepaskan sedotanku pada kontol Mas Rian agar aku lebih leluasa mengerang.

"aaaah...aaah...cepat Mas...ah...aaaakkhh....Wina hampir...lagihh...akh..." erangku lalu kembali mengulum dan menyedot kontol Mas Rian sambil mengerang tertahan,"mmmmmm....mmmmhhh..."

"Oh..aku juga hampir sampai Win..ah.." sahut Mas Beni juga.

Kurasakan genjotannya semakin cepat dan kuat. Rupanya dia tengah mendaki puncak. Akupun merasa orgasmeku pun semakin dekat. Tubuhku semakin terguncan hebat. Ku lepaskan mulutku dari kontol Mas Rian lalu mulai memekik nikmat. Mas Rian tambah kuat dan ganas meremas2 buah dadaku yang bergantungan dengan dua tangannya.

Oh,aku sampai."aah...aaaaaaaaaahh...aaaaaaaaaaaahhhhhhhhh h.........aaaaaaaarghh..aaakh..." aku memekik dan mengerang sejadinya saat orgasmeku yang kedua ini ku raih.

Sedetik kemudian ku dengar Mas Beni melenguh panjang sambil menghentakkan tubuhnya sekuat mungkin dipantatku. Kedua tangannya yang sedari tadi memegang pinggulku kiri kanan kini mencengkeram pinggulku dengan kuat. Bersamaan erangannya,kurasakan air maninya menyembur kencang di dalam memekku,menghantam dinding vaginaku.

Ooh...,nikmatnya luar biasa. Orgasmeku terasa 2x lebih nikmat saat semburan air mani Mas Beni menghantam dinding vaginaku.

Sambil mengerang lirih dan meresapi nikmat orgasme yang tersisa,tubuhku menggelosor jatuh di tempat tidur dengan pantatku yang masih nungging menjulang. Nafasku masih memburu. Mas Beni perlahan mencabut kontolnya dari memekku. Aku mendesah. Saat Mas Beni telah mencabut seluruh kontolnya,aku serasa tak mampu lagi nungging. Kujatuhkan tubuhku hingga tertelungkup dan tengkurap seluruhnya. Ku rasakan sebagian sperma Mas Beni yang tadi keluar didalam memekku,meleleh keluar. Ku resapi itu sambil mengerang lirih.

"Enak sayang?" tanya Mas Rian.

"iyaah Mas...oohh...enak banget Mas...nikmaaaath..."sahutku dengan lemas.

Mas Beni dan Mas Rian sama2 duduk bersandar di kepala tempat tidur,sementara aku telungkup di antara mereka,ditengah2nya dengan kepala menghadap ke Mas Rian.

"Masih sanggup gak entotan lagi? Masih kuat gak dientot lagi?"tanya Mas Beni.

"Asal enaaakh...asal nikmat kaya tadi...Wina sanggupphh...entotan enakkh...ah.."jawabku dengan lemas dan sambil menutup mata.

Lalu kurasakan punggungku diusap2,lalu turun sampai pantatku yang besar dan montok,lalu mengusap2 disitu. Pantatku diusap2 dan bongkahan daging kenyal pantatku diremas2. Oh...gairahku perlahan mulai bangkit lagi.

Aku ingat,Mas Rian suamiku belum orgasme. Perlahan kubalikkan tubuhku hingga terlentang. Kini ganti Mas Beni yang menjadi tempat tumpuan kepalaku. Mas Beni lalu meremas buah dadaku lembut. Sambil berbaring,kubersihkan memekku dari lelehan air mani Mas Beni tadi dengan seprai. Mas Rian sudah berlutut didepanku,lalu dengan satu hentakan dia masukkan kontolnya seluruhnya dalam memekku.

"aauukh...ah.."aku memekik antara kaget dan nikmat.

Mas Rian mulai menyetubuhiku dengan cepat. Oh...gairahku bangkit lagi. Apalagi Mas Beni meremasi buah dadaku sambil memilin putingnya.

Aku kembali mengerang, "aaaah...aaah..." eranganku terputus saat Mas Beni memiringkan tubuhnya,lalu membungkuk dan menciumku. Ku sambar bibirnya. Tubuhku semakin turun hingga akhirnya aku terlentang lagi. Mas Beni merubah posisinya hingga dia merangMas sambil terus berciuman denganku dan tangannya meremas buah dadaku.

Oh...kenikmatan mulai menjalari sekujur tubuhku lagi. Kali ini begitu luar biasa. Mas Rian menyetubuhiku sambil jarinya memainkan itilku. Mas Beni sendiri tak melulu mencium bibirku. Mulutnya merayap ke leherku,buah dadaku,telingaku,oh..nikmatnya luar biasa. Oh...ya ampun,aku hampir mencapai lagi orgasme ketigaku.

"Oohh...aaaaaaaaahh...Wina sampai...aaaaaaaaaaaaaaakkhhhh....!!"

Aku memekik dan mengerang sejadi2nya saat orgasme ketigaku ini datang. Tubuhku menghentak2 liar. Refleks ku remas sendiri buah dadaku kuat2 sambil mengejang2,tak peduli Mas Beni yang tengah menjambak rambutku sambil menjilat kupingku.

Mas Rian tiba2 menghentakkan pinggangnya kuat2 dan membenamkan kontolnya sedalam mungkin sambil mengerang dan menyemburkan air maninya didalam memekku. Kembali aku mengejang2 sambil mengerang panjang dan meremas buah dadaku sendiri.

"aaaaaaaaaaaakhh...aaahh...aaaaahh..."Aku mengerang nikmat. Semburan air mani Mas Rian didalam memekku begitu hangat dan nikmat. Tubuhku kelojotan tak karuan. Lalu aku terkulai lemas,sambil melenguh pelan saat Mas Rian mencabut kontolnya lalu berbaring di sisi kananku. Mas Beni sendiri juga ikut berbaring di sisi kiriku. Kurasakan air mani Mas Rian dan cairan memekku yang telah bercampur meleleh keluar dari memekku. Kurasakan nikmat benar. Kami bertiga terkulai lelah ditempat tidur tanpa sehelai benangpun. Mas Rian di kananku dan Mas Beni di kiriku,aku ditengah tengah mereka.

Mas Rian masuk kamar mandi,membersihkan tubuhnya,lalu setelah itu berbaring dengan hanya memakai celana dalam. Akupun lalu bangkit menuju kamar mandi,lalu mandi sepuasnya. Badanku terasa lebih segar. Setelah mengeringkan tubuhku, ku baringkan tubuhku yang masih telanjang disamping Mas Rian lalu memeluknya. Malam memang mulai beranjak. Mas Rian bilang dia ngantuk,ingin tidur sebentar. Aku mengiyakan karena kurasakan kantuk juga mulai menyerangku. Sebelum tertidur,Mas Rian berpesan jika nanti Mas Beni tiba2 datang dan mengajak bercinta lagi,Mas Rian harus dibangunkan. Aku mengiyakan. Kami lalu tidur dengan posisi aku berbaring miring memeluk Mas Rian yang tidur terlentang.

Entah berapa lama kami tertidur ketika tiba2 ku rasakan ada rabaan halus dipunggungku. Aku seketika terjaga,tapi aku pura2 masih tertidur dengan dada berdegup2 kencang. Rupanya Mas Beni ingin menyetubuhi aku lagi. Rabaan itu mengusap punggungku dengan lembut lalu perlahan turun hingga sampai ke pantatku. Aku merasa pantatku diusap2 dan diremas2. Gairahku perlahan mulai bangkit. Aku ingin membangunkan Mas Rian,tapi aku batalkan. Aku ingin menikmati ini dulu. Saat kurasakan remasan di bongkahan pantatku semakin keras,aku pura2 menggeliat lalu menelentangkan tubuhku. Saat aku sedikit membuka mataku,ku lihat Mas Beni tengah memandangi sekujur tubuhku. Cepat2 ku rapatkan lagi mataku saat pandangannya beralih ke wajahku.

Aku merasa kedua pahaku kiri kanan diusap2. Usapan itu terus naik menyusuri pinggulku,perutku,hingga akhirnya sampai di buah dadaku. Lalu kurasakan sepasang buah dadaku diremas2 lembut. Perlahan ku buka mataku karena aku benar2 bergairah. Mas Beni menatapku sambil tersenyum.

"Mas......" bisikku padanya. "Kamu memang cantik Wina," kata Mas Rian sambil menindihku,"bodimu bagus. Mas suka banget."

"Apanya yang bagus Mas?" tanyaku memancing pujiannya atas keindahan tubuhku.

"Dadamu ini, kencang dan kenyal banget" katanya sambil meremas2 dadaku. "kalau....kalau memek Wina?"tanyaku nakal sambil tersenyum.

"Memek Wina enak banget,sempit. Pokoknya nikmat." jawab Mas Beni.

"Trus,Wina sekarang mau di apain nih?" aku bertanya nakal lagi.

Mas Rian mendekatkan mulutnya ditelingaku lalu berbisik,"Mas mau ngentot Wina sampai pagi. Mau kan Win??" Aku menggelinjang karena Mas Beni berbisik sambil menciumi telingaku.

"Ooohh....entot aja Wina sampai pagi Mas,sampai Mas puas," kataku di sela2 desahanku.

Mas Beni lalu mulai nencumbuku dengan ganas. Setiap inci tubuhku tak lepas dari jamahan tangannya dan ciumannya. Buah dadaku tak habis2nya di ciumi dan disedot2nya. Bahkan memekku kini tengah di jilatinya. Kepalanya tampak bergerak2 di selangkanganku yang mengangkang lebar sementara kedua tangannya terulur ke atas dan meremas2 sepasang buah dadaku.

"aaaaahh....aaaaah....oohh....nikmatnya Mas....ah...." aku mengerang dan mendesah nikmat sambil menggeliat-geliat. Aku benar2 melayang.

Mas Rian tiba2 menggeliat bangun lalu melihat ke arahku yang tengah menggelinjang2 dan mendesah2 nikmat. Sepintas rasa khawatir datang. Aku takut dia akan marah karena dia tidak di bangunkan. Tapi,Mas Rian malah tersenyum.

"wah,curang. Memulai pesta tapi aku gak di bangunkan." kata Mas Rian. Mas Rian lalu membuka celana dalamnya lalu menyorongkan kontolnya ke depan wajahku.

Ku kocok2 kontol Mas Rian lalu memasukkannya dalam mulutku lalu mulai mengulum dan menyedot2nya. Oh,benar2 aku lupa daratan. Sensasi yang ku rasakan karena memekku dijilati dan aku sendiri tengah menghisap kontol benar2 luar biasa.

Tiba2 Mas Rian dan Mas Beni merubah posisi dengan cepat. Mas Beni bersandar di kepala tempat tidur dalam posisi setengah berbaring lalu mengangkat tubuhku. Aku mengerti. Segera ku kangkangkan Masiku lalu naik ke atas tubuh Mas Beni. Ku pegang kontol Mas Beni lalu membimbingnya masuk ke dalam memekku. Dengan tak sabar ku turunkan tubuhku dengan cepat.

"Aaaaaaaaaakh..........." Aku memekik karena kontol Mas Beni langsung tenggelam dan masuk seluruhnya dalam memekku. Sejenak aku diam tak bergerak sambil mengerang pelan. Kurasakan kontol Mas Beni terasa penuh mengisi bagian dalam memekku. Posisiku kini duduk bersimpuh di atas pinggang Mas Beni.

"ayo dong Wina sayang," kata Mas Rian yang kini memelukku dari arah belakang lalu mulai meremas2 buah dadaku, "si Beni sudah gak sabar ngerasain goyangan Wina."

Aku lalu mulai bergerak perlahan,mengangkat dan menurunkan tubuhku agar kontol Mas Rian menggesek2 dinding memekku. Okh....kenikmatan mulai menjalar. Apalagi Mas Rian meremas2 buah dadaku dan sebelah tangannya memainkan itilku.

"Aaaaaaaahh..ah...ah...." aku mengerang nikmat. Aku bergerak semakin liar. Kini aku tak lagi bergerak naik turun. Aku duduk di paha Mas Beni dengan dua tangan kebelakang bertumpu pada kedua Masinya,lalu memaju mundurkan pantatku. Mas Rian lalu mengambil posisi di sampingku,lalu mulutnya menyambar buah dadaku yang terayun-ayun lalu melumat2 dan menyedot2nya.

"Aaaaaaaahh..ah...ah...." Aku mendesah nikmat. Ku maju mundurku pantatku semakin cepat,kadang memutar2nya. Kenikmatan semakin menjalari. Desahan dan eranganku semakin menjadi. Dengan cepat aku merubah posisiku lalu menindih Mas Beni. Aku sambar mulut Mas Beni lalu berciuman dengannya. Mas Beni lalu memelukku. Aku naik turunkan pantatku semakin cepat karena ku rasakan orgasmeku akan segera datang. Mas Beni juga menghentak2an pinggangnya.

Aku benar2 melayang. Goyangan pantatku semakin cepat menghentak2. Belum sempat ku raih orgasmeku,tiba2 Mas Rian menarik tubuhku dari atas tubuh Mas Beni. Aku lalu naik ke atas tubuh Mas Rian lalu mengangkanginya. Setelah kontol Mas Rian masuk,ku telungkupkan tubuhku diatas Mas Rian lalu berciuman. Dengan tak sabar aku mulai menggerak2an pantatku. Kenikmatan menyengat tiba2. Aku naik turunkan pantatku semakin cepat,Mas Rian juga menyodok2 ke atas menyongsong hentakanku.

Oh,aku hampir sampai. Ku lepaskan ciumanku lalu mengerang "Aaaaaaaaaahh....ah...Wina hampir....ah...oh...aaaaaaaaaaaaaaaaaakkhhh.....aa aaaaaaahhh....." aku memekik dan mengerang panjang saat orgasmeku datang. Mas Rian memelukku erat2. Aku menekan pantatku kuat2 sambil tersentak2. Kugigit bahu Mas Rian. Kenikmatan itu sungguh luar biasa. Ku rasakan begitu nikmat,menjalari seluruh tubuhku sehingga membuat tubuhku lemas.

Aku lunglai tertelungkup di atas tubuh Mas Rian sambil tersentak2 kecil. Belum habis sensasinya,Mas Beni kembali menarik tubuhku dari atas tubuh Mas Rian lalu menelentangkanku. Mas Beni lalu mulai mengentot aku dengan buasnya. Aku yang sudah lemas hanya bisa mendesah2 dan mengerang nikmat tanpa melakukan perlawanan berarti.

Mas Beni menindihku dan menyetubuhiku dengan cepat dan bertenaga. Mas Beni akhirnya mencapai orgasmenya,menyemburkan spermanya ke dalam memekku sambil mengerang nikmat. Aku hanya mendesah nikmat sambil tersentak2 dan memandang ekspresi Mas Beni yang tengah mengerang karena berhasil mencapai puncak kenikmatan yang didapatnya dari tubuhku. Mas Beni lalu terkapar lelah di sebelahku.

Mas Rian yang sedari tadi diam saja memandangi kami,kini mulai bergerak dan menindihku. Aku mengerang saat kontolnya masuk ke dalam memekku. Di bawah tindihan tubuhnya,aku merasa akan orgasme lagi. Setelah beberapa saat,Mas Rian orgasme bersamaan dengan orgasmeku. Aku memekik liar sambil tersentak kuat. Tubuhku menggelinjang tak karuan di serang oleh kenikmatan tiada tara yang seolah melumpuhkan tubuhku. Mas Rian sendiri setelah mencapai orgasmenya,lalu berbaring juga di sampingku. Kami bertiga berbaring telentang dengan aku berada di tengah2 Mas Rian dan Mas Beni.

"Mas mau tidur sayang," kata Mas Rian.

"Wina juga Mas," kataku, "lemas aku. Mas Beni juga mau tidur ya?"

"iya," jawab Mas Beni. "kalo gitu kita tidur aja dulu semua. Wina capek."kataku lalu mulai memejamkan mata.

"O iya Rian," kata Mas Beni, "kalau nanti subuh aku mau ngentot Wina lagi,boleh gak? Entar kamu aku bangunin".

"ya boleh aja," jawab Mas Rian."Wina mau kan entotan nanti subuh sayang?".

"Iya," jawabku lirih.

"kalau kamu nanti mau ngentot Wina,entot aja," kata Mas Rian pada Mas Beni,"tapi aku gak usah dibangunkan,aku mau istirahat. Kalian main aja berdua. Aku sudah cukup. Besok aja lagi."

"Beneran nih?"tanya Mas Rian,"habisnya pacarmu ini cantik dan montok banget. Memeknya nikmat,goyangannya juga mantap. Aku mau puas-puasin menikmati tubuhnya sebelum aku pulang ke kota Y besok".

Aku yang sudah memejamkan mata,merasa bangga akan pujian Mas Beni yang baru ku kenal ini.

"Iya,lakuin aja yang kamu mau,"kata Mas Rian, "asalkan nanti Wina mau aja melayani kamu,lakukan aja. Yang pentin Wina puas."

Kami lalu tertidur. Benar saja,saat subuh Mas Beni mulai menggerayangiku lagi lalu kami mulai bercinta lagi. Decitan tempat tidur,hempasan2 tubuh kami, serta erangan dan pekikan nikmatku tak membuat Mas Rian suamiku terbangun. Aku gak tahu dia tidur atau pura2 tidur (esoknya Mas Rian bercerita bahwa dia memang tidak terbangun. Dia terbangun hanya saat aku mengerang saat orgasme pertamaku. Tapi dia kemudian pura2 tidur. Mas Rian hanya setengah memejamkan matanya dan menyaksikan aku yang tengah memekik dan mengerang nikmat di bawah tindihan Mas Beni yang menyetubuhiku saat aku mencoba menggapai orgasme keduaku).

Ya,aku memang dua kali mencapai orgasme subuh itu. Aku benar2 puas. Aku dan Mas Beni lalu tertidur sambil berpelukan. Aku tidak akan melupakan saat itu. Aku tidur berpelukan telanjang bulat sambil berpelukan dengan lelaki lain memunggungi suamiku. Dan saat aku berbalik,aku memeluk suamiku dan memunggungi lelaki lain yang barusan mendapatkan pelukan dari tubuh telanjangku. Oh,benar2 suasana ranjang yang erotis.

Pagi harinya kami bertiga bangun dengan tubuh segar. Aku yang pertama masuk kamar mandi untuk mandi. Setelah aku,Mas Rian lagi yang mandi. Saat Mas Rian mandi itulah,Mas Beni menarikku yang sedang memasang BH,menghempaskanku ke atas tempat tidur,lalu mulai menyetubuhiku. Kembali aku mengerang nikmat,mendesah dan merintih saat Mas Beni mengentotku di pagi itu.

Saat Mas Rian keluar dari kamar mandi, dia hanya tersenyum sambil geleng2 kepala menyaksikan aku tengah mendesah2 dan terhempas2 di bawah tindihan Mas Beni. Dia melemparkan handuknya,lalu naik ke atas tempat tidur dan menemani Mas Beni menikmati tubuhku. Pagi itu aku kembali melayani dua lelaki ini mengarungi samudera kenikmatan yang tinggi. Kami bertiga bercinta dan bersetubuh dengan buasnya. Berganti gantian Mas Beni dan Mas Rian memasukkan kontol mereka ke dalam memekku hingga aku mencapai tiga kali orgasme. Mas Beni tampaknya benar2 bernafsu padaku dan ingin sepuasnya menikmati tubuhku. Mas Rian suamiku juga sama bernafsunya karena pagi ini adalah fantasinya berakhir.

Aku juga tak kalah jalangnya. Aku benar2 menikmati di setubuhi dua lelaki di pagi ini untuk meninggalkan kesan mendalam pada dua lelaki ini. Aku menunjukkan pada Mas Rian suamiku bahwa aku tak menyesali threesome ini malahan benar2 menikmatinya agar Mas Rian puas fantasinya tak sia2. Pada Mas Beni,aku ingin menunjukkan bahwa aku mampu memuaskan dua lelaki sekaligus dan bahwa aku adalah seorang wanita yang pandai bercinta.

Setelah puas,kami lalu kembali membersihkan diri. Mas Beni bersiap untuk berangkat. Dia menitipkan pesan bahwa kapanpun kami membutuhkannya untuk threesome,dia siap. Saat berpamitan,Mas Beni meminta ijin pada Mas Rian untuk memeluk dan menciumku. Mas Rian mengangguk. Mas Beni lalu memelukku erat sambil menciumku bibirku. Kami lalu berciuman cukup lama,saling melumat dan memainkan lidah. Gairahku mulai bangkit,aku terangsang. Apalagi aku hanya memakai kaos oblong tanpa BH sehingga saat berpelukan dan berciuman dengan Mas Beni,gundukan buah dadaku menempel ketat pada tubuh Mas Rian.

Tetapi tetap saja harus berakhir. Mas Beni akhirnya berangkat,kembali ke kota Y. Entah bagaimana Mas Beni mendapatkan nomor hp ku. Rupanya malam itu dia mengotak atik hp ku dan menyimpan nomorku. Sampai sekarang,Mas Beni masih suka sms dan telpon aku mengajakku untuk bercinta berdua saja tanpa mengajak Mas Beni dan tanpa sepengetahuan Mas Rian suamiku. Tapi aku menolaknya dengan halus. Aku tidak mau mengkhianati Mas Rian,aku gak mau selingkuh. Aku hanya mau jika threesome bersama Mas Rian. Wina sangat mencintaimu Mas Rian. Setelah Mas Beni berangkat,aku dan Mas Beni sarapan lalu bercinta lagi satu kali. Bercinta dengan Mas Rian,selalu membuatku bahagia.

Senin, 12 Mei 2014

Kenikmatan Tak Berujung

Pada mulanya aku sering berpikir apakah aku ini normal atau tidak. Tapi setelah membaca dari sebuah situs terkemuka di internet, katanya pikiran yang sering menggodaku ini normal-normal saja. Bahkan kata situs itu, lebih dari 50% para suami suka membayangkan seperti yang sering kubayangkan. Suka membayangkan, seandainya istri mereka disetubuhi lelaki lain. Terutama mereka yang sudah mulai dilanda kejenuhan dalam rumah tangganya.

Apakah aku sudah mulai jenuh pada Sinta yang sudah 10 tahun menjadi istriku dan menjadi ibu dari kedua anak-anakku? Bukankah dahulu aku begitu tergila-gilanya pada Sinta, sehingga tak sabar lagi ingin cepat-cepat menikahinya waktu ia baru tamat SMA? Karena takut keburu disamber pria lain?

Ya, tadinya Sinta adik kelasku di SMA. Waktu aku kelas 3, dia baru kelas 1. Dan aku hanya mengejar D2, lalu kerja dan cepat-cepat menikahi Sinta yang baru lulus SMAnya.

Sinta lahir dari keluarga yang cukup mapan. Sehingga ia tidak terlalu merongrong padaku, bahkan mertuaku mendorong agar aku melanjutkan kuliah sampai S1. Kerja sambil kuliah, akhirnya membuatku lumayan berhasil di kantorku. Setelah meraih S1, posisiku makin baik di kantorku.

Sinta bisa kusebut luar biasa bentuknya. Teman-temanku juga menganggapku sukses, karena berhasil mempersunting Sinta yang demikian cantik dan seksinya. Kulitnya termasuk putih bersih untuk ukuran orang Indonesia. Tubuhnya tinggi langsing, tapi payudaranya lumayan montok, dengan bra ukuran 36, yang selalu dirawat agar tetap kencang. Wajahnya rada mirip Sarah Azhari. Bahkan di mataku, Sinta lebih cantik. Kulitnya pun lebih putih daripada kulit Sarah Azhari. Hanya hidungnya memang tidak sebesar hidung artis seksi itu. Tapi hidung Sinta tetap tergolong mancung.

Aku mau to the point mengapa aku membuat tulisan ini. Sekaligus untuk sharing dengan teman-teman yang memiliki kesamaan dengan pengalamanku.
Yang menjadi titik masalahku adalah gairah seksualku. Meskipun aku mempunyai seorang istri yang cantik dan seksi, gairah seksualku menurun sejak setahun yang lalu. Kalau aku bersenggama dengan istriku, rasanya aku sangat memaksakan diri, mencari-cari gairah untuk memenuhi kewajibanku sebagai seorang suami. Padahal umurku baru 30 tahun, sementara istriku baru 28 tahun.

Aku sering merasa bersalah kalau tidak memenuhi kewajiban batin pada istriku. Padahal aku tahu Sinta sangat dominan nafsu seksnya. Terkadang ia sengaja merangsangku sedemikian rupa, dengan tujuan agar aku menyetubuhinya. Lalu aku pun mengkhayalkan macam-macam supaya gairah seksualku bangkit. Anehnya khayalanku lain dari yang lain. Aku suka membayangkan Sinta sedang disetubuhi orang lain. Lalu aku merasa cemburu dan dari kecemburuan itu bangkitlah nafsuku. Kemudian aku berhasil membangkitkan kejantananku dan menggauli SInta sebagaimana mestinya.

Aneh memang. Aku seperti mendapatkan obat yang mujarab kalau mengkhayalkan istriku sedang disetubuhi orang lain, sementara aku seakan-akan berada di dekat mereka. Kemudian hal ini berlanjut dengan kebiasaan baru. Aku suka nonton dvd bokep. Tapi setelah sering digoda oleh khayalan aneh itu, aku jadi pilih-pilih waktu mau membeli plat dvdnya. Hanya yang 3some atau swinger yang kupilih. Yang 3some, hanya MMF (male-male-female) yang kupilih. Lalu aku nikmati dvd-dvd porno itu dengan membayangkan seolah-olah aku jadi salah seorang pria yang sedang menggauli wanita itu. Isteriku juga suka kuajak nonton bareng. Meski ia tidak begitu suka nonton film porno, tapi setelah sering kupaksa akhirnya mau juga menontonnya di dalam kamarku.

Waktu nonton film 3some atau bang my wife atau swinger, pada mulanya istriku berkomentar seperti tidak suka, “Ih…masa satu perempuan dikeroyok dua laki-laki begitu?!”

Aku berusaha menjawab sambil memberi sugesti sedikit demi sedikit, “Tapi dengan threesome begitu, semua pihak jadi puas sekali.”
“Maksud Mas?” Sinta memandangku dengan sorot heran.
“Hehehe…cewek itu pasti akan merasa lebih puas digauli dua orang cowok daripada sama satu cowok. Lihat…dia dielus dari dua arah, jadi lengkap kan? Dan hehehe…pasti lebih variatif, karena ada dua macam batang kemaluan….”
“Tapi cowok-cowoknya?”
“Akan lebih puas juga. Waktu temannya sedang menyetubuhi perempuan itu, gairahnya jadi bangkit lagi. Jadi yang biasanya cuma kuat satu kali dalam semalam, kalau threesome begitu bisa tiga atau empat kali seorang. Kalau dua orang…ya bisa sampai delapan kali atau lebih perempuan itu menerima ejakulasi partner-partnernya.”
“Ihhh…” Sinta bergidik.

Lalu pandangan kami tertuju ke film lain. Tentang seorang suami yang sudah tua, sementara istrinya masih muda. Judulnya juga “Please bang my wife”. Bisa ditebak seperti apa jalan cerita film itu.
Lagi-lagi istriku protes, “Kok bisa ya suami itu menyuruh orang lain menyetubuhi istrinya?”

“Itulah salah satu kreativitas dalam kehidupan seksual, untuk mengatasi kejenuhan. Di zaman sekarang hal seperti itu sudah lazim.”
“Lazim?! Di barat kali Mas.”
“Di negara kita juga sudah banyak sekali yang melakukannya. Nanti deh kuperlihatkan sebuah situs yang menawarkan swinger, threesome, gang bang dan sebagainya.”

Kemudian kujelaskan apa yang disebut swinger, threesome, gang bang dan sebagainya. Sinta seorang pendengar yang baik. Tapi malam itu ia memperlihatkan ketidaksetujuannya pada penjelasanku, “Manusia kok aneh-aneh sih? Masa istrinya dibiarin digauli orang lain? Disaksikan sama suaminya sendiri lagi. Apa suaminya nggak cemburu?”
“Tentu saja cemburu. Tapi dari cemburunya itu sang suami mendapatkan sensasi. Sehingga nafsunya jadi timbul secara luar biasa. Lebih hebat daripada memakai obat perangsang.”
“Ih,” istriku bergidik, “Kalau aku dibegituin sama orang lain, Mas begitu juga? Jadi tambah nafsu padaku?”

Pertanyaan itu agak mengejutkan. Terlalu cepat rasanya. Tapi aku berusaha menjawabnya sambil berusaha menenangkan diri, “Aku malah sering membayangkan kamu digauli pria lain. Khayalan itu memang nyebelin pada mulanya. Tapi anehnya, setelah membayangkan hal itu, nafsuku jadi timbul, sayang.”

Sinta menatapku dengan sorot penuh selidik, “Nggak salah tuh? Jangan memancing pertengkaran ah. Kita kan sudah sepakat tidak mau bertengkar lagi, demi ketentraman anak-anak kita.”
Aku tersenyum. Kupeluk pinggangnya, lalu kuelus rambutnya sambil berbisik, “Aku serius, sayang. Hidup di zaman sekarang memang harus kreatif. Jangan berjiwa kampungan.”
“Maksud Mas? Mau ikut-ikutan seperti di film itu? Terus hubungan kita jadi rusak dan anak-anak jadi korban, begitu?”
Susah sekali meyakinkan istriku agar mengikuti jalan pikiranku. Padahal biasanya ia penurut, senantiasa mengikuti jalan pikiranku. Tapi seperti yang kubaca dari sebuah situs, hal seperti ini memang perlu waktu. Jangan memaksakan kehendak. Semuanya harus berjalan tenang dan smoothly.

Tapi diam-diam kubujuk terus istriku agar mau mengikuti apa yang senantiasa menggoda pikiranku. Jawabannya malah semakin tegas, “Nggak ah. Jangan ngaco Mas. Mungkin Mas sudah bosan padaku dan ingin dapat izin untuk selingkuh dengan cewek lain kan? Buang saja jauh-jauh pikiran edan itu Mas. Ingat akibatnya nanti.”

Aku terhenyak. Tapi aku masih punya senjata. Dengan membelai rambutnya secara lembut dan berkata setengah berbisik, “Kamu salah paham, sayang. Fokusnya bukan seperti itu. Aku ingin mendapatkan manfaat yang fantastis dari keinginan itu. Sungguh, aku akan tetap mencintaimu dengan sepenuh hati. Aku berjanji bahwa aku justru akan semakin mencintaimu, sayangku, buah hatiku, permataku….”

Sinta hanya menatapklu dengan sorot nanar. Lalu memelukku, tanpa kata-kata terlontar lagi dari mulutnya. Aku pun tak mau mendesak terus. Biarlah semuanya berjalan secara santai. Jangan ada unsur pemaksaan.

Tapi diam-diam aku pun semakin aktif mengcopy kisah-kisah dan pengakuan dari para pelaku swinger maupun threesome. Semuanya kusimpan di komputerku yang bisa selalu online ke internet di dalam kamarku. Dan pada suatu pagi, sebelum aku berangkat ke kantor, kubisiki istriku, “Nanti bacalah semua salinan dari situs terkenal itu. Aku sudah saving di file dengan kode MMF. Minimal pelajari dulu, supaya kamu mulai mengerti, Yang.”

Istriku tidak menjawab. Tapi sorenya, setelah aku pulang dari kantor dan sedang menikmati kopi panas di depan TV, Sinta menghampiriku di sofa. Duduk di sampingku sambil menyandarkan kepalanya di bahuku. Dan berkata, “Tadi sudah kubaca semuanya Mas.”
“File MMF itu?” tanyaku dengan jantung deg-degan, karena ingin tahu reaksinya.
“Iya,” sahut istriku perlahan, “Ternyata sudah banyak yang melakukan itu, ya Mas. Hampir di semua kota besar di negara kita sudah ada clubnya.”
“Iya. Dan kisah-kisah nyatanya sudah dibaca juga?”
“Sudah. Ih…bikin aku degdegan bacanya.”
“Sekarang mari kita bicara jujur. Kamu terangsang nggak waktu membaca kisah-kisah nyata itu?” tanyaku sambil memperhatikan wajah istriku.
“Iya sih…terangsang banget….membayangkan dua orang cowok me…ah…pokoknya terangsang Mas. Tapi Mas nggak marah kan?”
“Kenapa harus marah? Kan semuanya itu aku yang mulai, aku yang menginginkannya, karena sudah lama aku mengkhayalkannya.”
“Terus?”
“Sekarang ya terserah kamu, sayang. Aku nggak mau main paksa. Aku ingin agar seandainya hal itu terjadi, tidak ada yang merasa dipaksa.”
“Dan tidak boleh ada yang menyesal?!” Sinta menatapku dengan senyum malu-malu.
“Aku jamin, sayang. Kamu buktikan sendiri nanti, aku malah akan semakin sayang padamu.”
Istriku terdiam. Kuelus pipinya dengan lembut, “Sudah mulai mengerti apa yang kuinginkan?”
“Nggak tau Mas. Aku takut akibatnya. Lagian emang ada orang yang mau kita ajak?”
“Ada. Dijamin ada. Orangnya dijamin bersih. Tampan dan intelektual. Bukan orang urakan.”
“Lho…kok sepertinya sudah dipersiapkan sematang itu, Mas?”
“Mmm…tadinya dia itu teman chatting. Dia orang baik. Sering datang ke kantorku. Dia sudah 26 tahun, tapi masih bujangan. Dia trauma, karena pacarnya meninggal ketika dia sedang siap-siap mau menikahi cewek itu.”
“Kenapa meninggal? Kecelakaan?”
“Bukan. Kena kanker hati. Dibawa ke Singapura, tapi tetap tidak tertolong.”
“Terus…emangnya Mas sudah janjian sama dia?”
“Baru diajak ngobrol sepintas saja. Dia cepat mengerti, karena pernah kuliah di Amerika. Dia bilang, di Amerika hal seperti itu sudah biasa. Padahal sebenarnya di negara kita juga sudah banyak yang melakukannya.”
Sinta terdiam. Ketika aku bertanya mengenai keputusannya, ia cuma berkata perlahan, “Nggak tau Mas. Aku masih takut…masih harus dipikirkan dulu baik buruknya.”
“Baiklah,” kataku sambil membelai rambutnya, “Pikirkan dulu sematang-matangnya. Yang jelas, aku menganggap hal itu positif. Sangat positif, demi keutuhan hubungan kita. Bukan sebaliknya.”
“Kedengarannya rada aneh memang. Demi keutuhan hubungan kita, tapi jalannya seperti itu,” kata istriku dengan nada dingin.
“Karena aku bisa memiliki khayalan yang fantastis. Lebih kuat daripada obat perangsang. Ini akan menimbulkan gairah yang luar biasa, baik bagiku maupun bagimu.”
Hari itu tidak ada keputusan. Keesokannya kudesak lagi istriku. Lalu ia berkata, “Kalau soft dulu bagaimana Mas? Jangan langsung…soalnya aku masih risih sekali.”
“Boleh,” sahutku gembira. Minimal sudah ada “kemajuan” dalam pendirian istriku. “Misalnya ciuman saja dulu. Kalau kamu merasa kurang enjoy, ya jangan dilanjutkan.”
“Tapi Mas…jujur aja, aku belum bisa ngebayangin apa yang bakal terjadi nanti. Jangan-jangan aku pingsan sebelum ketemuan orang itu.”
“Hmmm…jangan takut, sayang. Kan ada aku di sampingmu,” kataku sambil mengelus punggungnya.
“Justru aku nggak bisa bayangin dipeluk…dicium dan sebagainya oleh laki-laki lain, di depan suamiku sendiri.”
“Yah…di situlah kita harus sama-sama tegar, demi sesuatu yang lebih bermanfaat buat batin kita.”

—-XXXXXXXXXXXXXX—-

BARU sampai di situ isi file “Istri Tercinta” itu. Jelas file itu belum selesai, kalau Mas Toni mau menyelesaikannya. Karena aku paling tahu apa yang telah terjadi. Isi file itu baru awalnya, awalnya sekali.
Setelah membaca kisah nyata yang belum selesai itu, aku pun jadi tercenung dibuatnya.

Terbayang lagi semuanya dengan jelas di pelupuk batinku. Sangat jelas, karena itu awal dari suatu perjalanan yang tadinya kuanggap aneh, tapi lalu aku berusaha membiasakan diri. Dan lama kelamaan jadi suatu tuntutan batin, untuk melakukannya lagi dan lagi dan lagi.

Oh, kenapa aku harus mengalami kisah hidup seperti ini? Tapi, apakah aku bisa disalahkan? Bukan aku membela diri. Semua yang terjadi itu adalah untuk mengikuti keinginan suamiku. Tadinya aku malah tak pernah membayangkan akan terjadi seperti itu.

Aku masih ingat benar, sore itu aku masuk ke dalam hotel dengan jantung berdegup kencang. Mas Toni yang mengatur semuanya itu. “Kita harus datang duluan, supaya kamu tidak terlalu canggung, sayang.”

Kalau tidak salah jam 18.30 aku dan suamiku sudah berada di dalam kamar hotel five star itu. Di kamar yang terletak di lantai 16. Padahal Mas Toni sendiri yang bilang bahwa janjinya dengan orang itu jam 19.30. Berarti harus menunggu sejam.

Aku menurut saja ketika suamiku menyuruhku mengganti pakaian dengan kimono yang dibawa dari rumah. “Biar lebih seksi,” katanya dengan senyum menggoda.
Kucubit lengan suamiku dengan jantung berdebar-debar. Lalu masuk ke kamar mandi untuk mengganti celana panjang dan blouse dengan kimono sutra putih bercorak sakura biru muda. Anehnya, di kamar mandi aku merasa harus menanggalkan behaku. Lalu menggantungkannya di kapstok kamar mandi. Apakah ini pertanda bahwa aku sudah siap melakukan apa yang Mas Toni inginkan? Entahlah. Ketemu sama orangnya juga belum.

Waktu aku masih di kamar mandi, terdengar suara Mas Toni berbicara dengan seorang pria. Dengan siapa ya? Dengan bell boy? Tapi kedengarannya mereka cukup akrab. Membuatku penasaran. Lalu aku mengintip dari pintu kamar mandi yang kubukakan sedikit. Ada seorang cowok tinggi dan tampan sedang berbicara dengan Mas Toni. Ah…itukah orang yang sudah dijanjikan oleh suamiku? Orangnya setampan itu? Ah…kenapa dia sudah datang secepat ini? Bukankah janjiannya sejam lagi?

Lututku terasa gemetaran. Dengan perasaan bergalau.
“Sin…ini Yan sudah datang!” seru suamiku. Yang kusahut dengan “Iya,” sambil berkaca sebentar di depan cermin kamar mandi. Dengan jantung semakin degdegan.

Duh, apa yang akan terjadi nanti? Kenapa aku mendadak jadi grogi begini?
Aku keluar dari kamar mandi. Menghampiri suamiku dan tamunya yang…ah…benar-benar tampan orang itu!

“Kenalan dulu sayang,” kata suamiku sambil memegang bahuku.
Cowok yang kata suamiku sudah berusia 26 tahun, tapi kelihatan jauh lebih muda, menjulurkan tangannya dengan senyum simpatik, sambil menyebutkan namanya, “Yansen….”

“Sinta…” kataku mengenalkan diri, dengan suara tersendat.
Dan…tanganku yang sedang dijabat oleh Yansen tidak dilepaskan. Bahkan ia menarikku untuk duduk di sofa panjang, sementara suamiku duduk di kursi lain sambil menggoyang-goyang kakinya.
“Cantik kan istriku?” kata Mas Toni.
Yansen yang masih memegang tanganku dengan hangatnya, menatapku dengan senyum dan berdesis, “Iya Mas. Cantik sekali…”

Aku tersipu-sipu dibuatnya. Harusnya kutanggapi bahwa dia pun tampan sekali. Belakangan aku tahu bahwa Yansen itu blasteran Menado dengan Belanda. Pantaslah tampang dan postur tubuhnya sebagus itu. Belakangan juga aku tahu bahwa kamar di hotel mahal itu dibayar oleh Yansen.

“Mas, di kulkas hotel ini suka ada minuman, silahkan ambil sendiri,” kata Yansen sambil menunjuk ke kulkas di kamar hotel berbintang lima itu.
Suamiku mengangguk, lalu melangkah ke arah kulkas itu. Sementara tangan Yansen sudah bukan memegang tanganku lagi, melainkan menyelinap ke belakang dan memeluk pinggangku. Ini membuatku semakin degdegan.

Apakah aku tergerak dengan semuanya ini? Ya, aku harus mengakuinya secara jujur. Tapi aku jadi begini gugupnya. Sementara harum khas parfum buat lelaki, tersiar ke penciumanku.

“Hebat,” seru suamiku sambil mengeluarkan beberapa botol minuman dari kulkas. Ada chivas regal, martini, tequila dan tiga sloki.
“Ayang suka ini kan?” kata suamiku sambil mendekatkan botol Martini ke dekatku. DI depan orang lain Mas Toni suka memanggilku dengan sebutan “ayang”, sebagai tanda menghargaiku.
“Tapi tequila lebih bagus,” kata Yansen, “Bikin semangat.”

aku pernah mendengar bahwa tequila bisa membuat wanita jadi horny. Tapi aku belum pernah mencobanya. Aku memang bukan peminum, tapi sesekali bolehlah. Apalagi saat itu aku merasa butuh keseimbangan, mungkin bisa dibantu oleh minuman.

“Iya Mas. Aku ingin nyoba tequila,” kataku sambil berusaha menenangkan diri.
“Aku chivas regal aja, biar kerasa greng,” kata suamiku.
“Aku juga chivas, Mas,” kata Yansen sambil mencium pipiku tanpa ragu. Aku terkejut. Tapi diam saja. Bahkan…aduh, aneh, tubuhku terasa lemas mendapatkan kecupan ini. Tapi harus kuakui sejujurnya, lemasnya ini karena belenggu birahi yang mulai mencuat di dalam batinku.

Dan setelah minum tequila, dinginnya AC tidak terasa lagi. Kecanggunganku juga mulai cair. Tapi tetap saja ada degdegan di dada, karena makin lama Yansen makin merapatkan duduknya ke tubuhku, sementara Mas Toni malah menyalakan TV, dengan botol minuman di depannya dan sloki yang sudah hampir kosong di tangannya. Aku mencuri pandang berkali-kali ke arah suamiku yang sedang memandang ke arah TV, dengan perasaan bersalah. Karena tangan Yansen mulai menyelinap ke balik belahan kimonoku di bagian dada. Pasti Yansen tahu bahwa aku tak memakai beha di balik kimono sutra ini. Dan ketika tangannya memegang payudaraku dengan lembut, oooh, aku benar-benar sudah runtuh !

Desir darahku sudah mulai merajalela dalam arus birahi yang tak terkendalikan. Tapi sebagai seorang wanita, aku masih menyembunyikan hasrat ini. Aku hanya membiarkan buah dadaku mulai diremas dengan lembut oleh belia tampan itu, sementara bibirnya berkali-kali mengecup pipiku. Aku juga tahu suhu badanku mulai meningkat.

“Mas Toni,” kata Yansen pada suatu saat, “Mungkin lebih baik kalau lampunya dimatiin dulu, supaya kami tidak canggung. Nanti bisa dinyalakan lagi…kalau Mas setuju.”
“Iya, iya…” suamiku menjulurkan tangannya ke sakelar lampu yang tidak begitu jauh darinya. Lalu klik….lampu di kamar mewah ini pun mati. Hanya layar TV LCD yang masih membersitkan cahaya remang-remang.
Usul Yansen bagus sekali.Karena setelah digelapkan, aku pun tidak merasa rikuh lagi. Bahkan ketika bibirnya mencium bibirku, kusambut dengan lumatan penuh gairah.

Sungguh, baru sekali inilah aku sangat bergairah untuk saling lumat bibir dan saling julurkan lidah. Maka tanpa ragu-ragu lagi aku mulai memeluk Yansen erat-erat, terkadang bercampur dengan remasan bergelora.
Tapi…oh…jiwaku semakin diamuk nafsu, karena tangan Yansen mulai merayapi lutut dan pahaku. Rasanya aku makin sulit bernafas. Sulit menahan gelora nafsu di dalam jiwaku. Aneh memang, elusan di pahaku terasa begini membangkitkan. Terlebih setelah menyelinap ke balik celana dalamku…mulai meraba-raba kemaluanku yang sudah mulai merekah dan membasah. Mulai mengelus bibir kemaluanku, kelentitku dan ah…ini membuatku semakin tergetar dalam arus birahi yang semakin merajalela. Terlebih ketika jemari nakal itu mulai menyelinap ke dalam celah vaginaku, lalu bergerak-gerak binal di dalam liang memekku, ah, rasanya tak tahan lagi aku dibuatnya. Aku sudah kepengen merasakan kejantanan. Tapi aku harus menahan diri. Kubiarkan saja tangan Yansen mempermainkan liang memekku. Bahkan kubiarkan juga celana dalamku ditarik sampai terlepas dari kakiku. Berarti di balik kimono ini aku tidak mengenakan apa-apa lagi.

“Minta lagi tequilanya, Yan,” bisikku. Yan mengangguk, lalu menuangkan tequila ke slokiku. Kuteguk setengahnya. Lalu aku merasa semakin bergairah. Sesekali aku melirik ke arah Mas Toni yang masih tampak di keremangan, masih asyik menonton TV. Lalu kubiarkan tangan Yansen mengelus dan mencolek-colek kemaluanku lagi. Bahkan seperti pencuri yang memanfaatkan kelengahan calon korban, diam-diam tanganku mulai menarik celana Yansen. Lalu menyelinap ke balik celana dalamnya. Berdegup jantungku dibuatnya, karena aku sedang memegang batang kemaluan yang begini besar dan panjangnya…sudah keras dan hangat pula ! Secara jujur harus kuakui, batang kemaluan Yansen jauh lebih besar dan panjang daripada punya Mas Toni.
Ini membuatku semakin bernafsu. Tanpa ragu lagi tanganku mulai meremas dan mengelus zakar Yansen dengan lembut. Diam-diam Yansen pun mulai menanggalkan celana panjang dan celana dalamnya.

Dan aku tak tahu lagi apa yang harus kulakukan, ketika Yansen melepaskan ikatan tali kimonoku, lalu dengan hangat mencelucupi puting payudaraku. Aku menggeliat dan merebahkan diri, terlentang di sofa panjang yang ukurannya hampir sama dengan bed nomor 3 itu.

Tapi jilatan dan sedotan Yansen tak terbatas pada puting payudaraku saja. Ia menjilati leherku. Lalu melumat bibirku, yang kusambut dengan lumatan hangat juga. Lalu turun lagi, dengan gigitan-gigitan lembut di payu daraku. Dengan jilatan-jilatan hangat di pusar perutku…dan turun terus…mulai menjilati kemaluanku. Oh, aku tak kuat menahan nafsu birahiku. Jilatan Yansen memang enak sekali. Membuat sekujur tubuhku sering mengejang dan menggeliat.

Aku tak kuat lagi. Ingin segera merasakan persetubuhan yang sebenarnya. Maka kucubit-cubit bahu Yansen, sebagai isyarat agar dia menghentikan jilatannya, lalu mulai dengan persetubuhan yang sebenarnya. Tapi bagaimana dengan suamiku yang tampak masih asyik menikmati minumannya?

Yansen mengerti apa yang kuinginkan. Ia merayap ke atas tubuhku, sambil meletakkan puncak “pohon jamur”nya di antara sepasang bibir kemaluanku. Dan sebelum melakukan penetrasi, Yansen berkata, “Silakan nyalakan Mas…”
Aku terkejut. Tak menyangka Yansen akan minta diterangin lagi. Padahal aku sedang di puncak hasrat birahiku. Dan kamar ini jadi terang kembali. Tepat pada saat Yansen tinggal mendorong saja batang kemaluannya yang sudah siap di mulut memekku.

“Mas…mohon izin…” kata Yansen sambil menoleh ke arah suamiku.

Aku juga menatap suamiku, seolah-olah minta izin juga.

Mas Toni menghampiri kami. Mengelus pipiku sambil tersenyum, “Ya, lakukanlah. Ini rahasia kita bertiga. Orang luar takkan ada yang tahu.”

Tanpa basa basi lagi Yansen mendesakkan batang kemaluannya yang panjang gede itu. Perlahan-lahan terasa liang kenikmatanku diterobos batang kemaluan yang jauh lebih besar daripada batang kemaluan suamiku. Membuatku terengah dan memegang pergelangan tangan Mas Toni erat-erat. Oh…ini adalah pertama kalinya memekku dimasuki batang kemaluan orang selain suamiku sendiri!

Tapi Mas Toni malah tersenyum dan berkata, “Nikmati saja. Ini kan keinginan aku, sayang. Jangan kaku…lebih hot lebih bagus.”

Lalu suamiku duduk lagi di kursi depan TV, sambil menyaksikan kejadian yang sedang kualami. Apakah aku mulai dipengaruhi tequila yang kuminum tadi, ataukah memang gairah birahiku sedang memuncak, atau karena ukuran batang kemaluan Yansen yang aduhai…entahlah. Yang jelas aku mulai menikmatinya. Mulai merasakan enaknya ayunan batang kemaluan Yansen, yang begitu mantap dan terasa sekali begitu kuatnya menggesek-gesek dinding liang memekku. Oh, ini membuatku mulai mendesah-desah histeris…aaaah….oooh…aaah….oooh….aaaah….
Lebih enak lagi ketika Yansen mulai mengemut puting payudaraku, menyedot-nyedot dan menjilatinya, sementara batang kemaluannya demikian mantap mengentot memekku.

Tak peduli lagi dengan kehadiran suamiku, maka terlontar begitu saja celotehan histeris dari mulutku yang sedang diamuk kenikmatan,
“Oo….Yan…ooo….ini enak sekali Yan….aaaah….terus genjot jangan brenti-brenti Yan…ooooh….”

Ketika aku melirik ke arah Mas Toni, malah kulihat suamiku mengacungkan jempolnya. Mungkin ia sangat terangsang dengan apa yang sedang kulakukan dengan Yansen yang tampan dan perkasa ini. Maka tanpa ragu lagi aku pun mulai mengayun pinggulku.

Rasanya Yansen sangat memperhatikan titik-titik kenikmatan seorang wanita. Waktu mengayun batang kemaluannya, bibir dan tangannya pun tiada hentinya menyelusuri titik-titik peka di tubuhku. Terkadang ia menggigit daun telingaku dengan lembut, kadang-kadang juga menjilati lubang telingaku, lalu menggigit-gigit kecil di leher dan buah dadaku, lalu melumat bibirku kembali, sementara batang kamaluannya benar-benar perkasa bergerak maju mundur dengan mantapnya di dalam liang memekku.

Aku jadi merasa punya tempat pelampiasan. Sambil mendekap pinggang Yansen erat-erat, kulumat bibir cowok tampan itu.

Aneh memang. Berciuman dengan Yansen terasa indah sekali. Malah lebih indah daripada berciuman di masa remajaku dengan Mas Toni dulu.
Semuanya membuatku lupa daratan. Saling lumat bibir dan lidah, sehingga tak peduli lagi dengan air ludah yang bertukar-tukar tampat, sambil saling dekap erat dan hangat, sementara memekku dienjot terus dengan mantapnya oleh batang kemaluan Yansen yang “giant size” itu.

Aku malah dibuat lupa bahwa di kamar mewah itu ada suamiku yang sedang menyaksikan semuanya ini. Soalnya gesekan batang kemaluan Yansen yang begitu terasa mendenyut-denyutkan kenikmatanku telah membuatku seolah tiada orang ketiga di kamar ini.
Lagian aku teringat pada ucapan suamiku sendiri sebelum Yansen datang tadi, “Lakukan semuanya seseksi mungkin. Semakin kelihatan bergairah, akan semakin positif pengaruhnya bagi jiwaku.”

Jadi, salahkah kalau aku menikmati semuanya ini demi kepuasanku dan demi keinginan suamiku sendiri?

Tapi terlalu enaknya geseran batang kemaluan Yansen, ditambah dengan saling lumat bibir dan saling remas dengan hangat dan gairah birahi yang terlalu dahsyat ini, membuatku cepat mencapai titik orgasme…membuatku mengejang sambil merasakan puncak kenikmatan dari hubungan seksual yang aduhai ini. Maka aku pun mengejang, menahan napas dan memeluk pinggang Yansen seerat-eratnya. Lalu terasa liang memekku berkedut-kedut. Ini orgasmeku yang aduhai. Tapi aku tidak mau membisikkannya kepada Yansen bahwa aku sudah mencapai orgasme, karena malu.

Hanya saja aku jadi terdiam dalam lunglai dan kepuasan. Sementara batang kemaluan Yansen jadi lancar bergerak maju mundur di dalam liang memekku yang sudah mulai basah oleh lendir kenikmatanku.
Dalam kondisi yang masih lesu, tapi gairah masih berkobar, aku baru teringat pada suamiku yang sedang memperhatikan gerak-gerikku sambil tersenyum-senyum. Aku jadi merasa kasihan juga padanya. Lalu kulambaikan tanganku agar ia mendekat.

Mas Toni mendekatiku. Tanganku menjulur dan mrnarik-narik ritsleting celananya. Ia mengerti apa tujuanku. Disembulkannya batang kemaluannya dari belahan celananya.

Sudah keras sekali! Lalu kutarik ke arah mulutku.

Mas Toni jadi pindah untuk mencapai tujuanku. Dia jadi berlutut dengan kaki berada di kiri kanan kepalaku. Sementara Yansen mengentotku sambil menahan badan dengan kedua tangannya.

Aku berhasil menarik batang kemaluan Mas Toni ke dalam mulutku. Akupuin mulai menjilati dan menyedot-nyedot batang kemaluan Mas Toni. Ini adalah pertama kalinya aku meladeni dua orang pria sekaligus.

Bukan main…aku jadi sibuk tapi nikmatnya luar biasa.Gesekan-gesekan batang kemaluan Yansen yang makin gencar mengentot memekku, membuatku terengah-engah dalam nikmat. Lalu kulampiaskan ke arah zakar suamiku, dengan menyelomotinya seedan mungkin.

Sungguh aku tak menduga akan mengalami peristiwa yang luar biasa bergairahnya ini. Tapi sayang sekali, baru beberapa menit kuselomoti batang kemaluan Mas Toni, lalu terasa menyembur-nyemburkan air mani di dalam mulutku! Mungkin ia sangat terangsang melihat persetubuhanku dengan Yansen, sehingga cepat sekali ia mengalami ejakulasi. Tanpa banyak protes, kutelan seluruh cairan kental dari batang kemaluan suamiku ini. Tak kusisakan setetes pun.

Supaya tidak mendatangkan kesan kurang enak, aku minta tequila lagi. Suamiku menuruti permintaanku. Kuminta agar Yansen mencabut dulu batang kemaluannya dari memekku. Lalu kuteguk tequila di slokiku sekaligus. Gairahku semakin menjadi-jadi setelah minum tequila yang konon dibuat dari sari buah nanas itu.

Aku mengajak Yansen pindah ke atas tempat tidur. Yansen setuju. Sementara suamiku merebahkan diri di sofa panjang itu. Pasti karena lemas setelah ejakulasi tadi.

“Tukar posisi ya,” kataku sambil mendorong dada Yansen agar menelentang di kasur. Yansen tersenyum dan mengikuti kehendakku. Kemudian aku merayap ke atas tubuhnya. Memegang batang kemaluannya sambil mengarahkan ke mulut vaginaku.

Dengan gairah yang makin menggila, aku menurunkan pinggulku, sehingga batang kemaluan Yansen membenam ke dalam liang kenikmatanku.
Aku menjatuhkan diri ke dada Yansen, sehingga payudaraku terasa mendesak dadanya yang bidang dan atletis.

Seperti serigala lapar, aku dengan edan mengayun pinggulku, naik turun dan meliuk-liuk, sehingga liang memekku seperti membesot-besot batang kemaluan Yansen…membuat Yansen ternganga-nganga mungkin karena merasa enaknya besotan liang vaginaku. Tapi kututup mulut Yansen dengan ciuman hangatku, yang lalu menjadi luamatan penuh gairah. Aku sudah minum tequila lagi tadi, membuatku yakin takkan ada bau kurang sedap tersiar dari mulutku. Dalam posisi seperti ini, terasa buah pinggulku diremas-remas oleh Yansen, membuatku tambah bersemangat untuk mengayun pantatku dengan gerakan yang erotis, terkadang gerakan pinggulku seperti angka 8.

Aku tak peduli lagi siapa diriku dan siapa lelaki muda yang sedang bersetubuh denganku. Mungkin Mas Toni benar, seperti yang diungkap dalam file pribadinya itu, bahwa aku ini pada dasarnya memiliki nafsu besar. Hanya aku sering menyembunyikannya, karena aku ini seorang wanita.
Gilanya, Yansen belum ejakulasi juga. Padahal aku sudah 3 kali merasakan orgasme.

“Kamu minum obat kuat?” bisikku terengah, tanpa menghentikan ayunan pinggulku.
“Nggak. Swear…nggak pernah menyentuh obat kuat segala macam…” sahut Yansen sambil menciumi puting payudaraku.
“Kamu kuat sekali sayang….kalau begini bisa ketagihan aku nanti…” bisikku pelan, takut kedengaran sama Mas Toni.
“Emang biasanya suka berapa jam?”
“Nanti deh kuceritakan. aku memang lain dari yang lain…oooh….memekmu enak sekali Mbak….aku pasti ketagihan nih…” Yansen terpejam-pejam ketika liang memekku membesot dengan kencang. Ini sebenarnya untuk kenikmatanku juga.
Karena makin kencang aku membesotnya, makin enak juga rasanya buatku.
Aku tidak tahu apa yang ia maksud dengan “lain dari yang lain”. Aku cuma merasa ia terlalu tangguh, sehingga aku harus berjuang keras untuk membuatnya ejakulasi. Maka besotan-besotan liang vaginaku juga semakin kupergila. Tapi akibatnya…aku malah orgasme lagi untuk yang kesekian kalinya. Gila, belum pernah aku mengalami persetubuhan seedan ini.Padahal keringat Yansen sudah membasahi tubuhnya, berbaur dengan keringatku.
Yansen malah seperti menyukai keringat yang membasahi leherku. Ia pun menjilati keringat di leherku, membuatku merinding dalam nikmat. Sungguh…tak pernah kubayangkan bahwa ide suamiku telah memberikan kenikmatan yang aduhai begini.

Kelopak mataku juga tak luput dari kecupan dan jilatannya. Sehingga aku makin bersemangat untuk mengayun pinggulku, tanpa mempedulikan suamiku yang sudah terkapar di sofa.

Batang kemaluan Yansen yang begitu panjangnya, membuat ujung liang memekku disundul-sundul terus. Sungguh fantastis rasanya, karena puranaku (seperti cincin yang berada di ujung liang vagina) disundul-sundul terus, membuatku merem melek dalam nikmat yang sulit kulukiskan dengan kata-kata.
Yansen sendiri sering membisikiku, “Mbak…oooh…Mbak enak sekali….luar biasa enaknya….”

Aku sendiri seolah melayang-layang di langit yang ke tujuh saking nikmatnya. Sehingga terkadang aku meremas setengah mencakar-cakar bahu Yansen dalam keadaan lupa daratan.

Begitu lama Yansen menyetubuhiku, sehingga aku merasa berkali-kali orgasme, tapi aku tidak mengatakannya, karena malu mengakui bahwa semuanya ini terlalu nikmat bagiku.

Sampai pada satu saat, Yansen membisiki telingaku, pelan sekali, seperti takut terdengar oleh suamiku: “Aku mau lepas…gakpapa kalau kulepasin di dalam?”
Aku malah menjawabnya dengan spontan, “Iya, lepasin di dalam aja biar enak.”

Lalu kugoyang pinggulku seedan mungkin. Dan pada satu saat Yansen menekankan batang kemaluannya sedalam mungkin, sampai aku terbeliak dalam arus birahi yang fantastis. Dan batang kemaluan perkasa itu terasa mengejut-ngejut di dalam liang vaginaku, sambil menyemprot-nyemprotkan cairan hangat dan kental…srrrt…srrrt…srrttttt…srttttt…..oooh enak sekali semburan air mani Yansen ini. Rasanya baru sekali ini aku meresapi arti nikmatnya bersetubuh,bukan dengan suamiku pula, sehingga aku mendekap pinggang Yansen dengan penuh perasaan. Dan membiarkan keringatnya membanjiri tubuhku. Air maninya pun terasa meluap, meleleh dari memekku ke seprai. Begitu banyak dia memuntahkan air maninya.

Oh, indahnya malam yang penuh birahi ini…..seakan takkan berujung…seakan nafasku sudah menyatu dengan perjalanan baru ini.