Senin, 12 Mei 2014

Kenikmatan Tak Berujung

Pada mulanya aku sering berpikir apakah aku ini normal atau tidak. Tapi setelah membaca dari sebuah situs terkemuka di internet, katanya pikiran yang sering menggodaku ini normal-normal saja. Bahkan kata situs itu, lebih dari 50% para suami suka membayangkan seperti yang sering kubayangkan. Suka membayangkan, seandainya istri mereka disetubuhi lelaki lain. Terutama mereka yang sudah mulai dilanda kejenuhan dalam rumah tangganya.

Apakah aku sudah mulai jenuh pada Sinta yang sudah 10 tahun menjadi istriku dan menjadi ibu dari kedua anak-anakku? Bukankah dahulu aku begitu tergila-gilanya pada Sinta, sehingga tak sabar lagi ingin cepat-cepat menikahinya waktu ia baru tamat SMA? Karena takut keburu disamber pria lain?

Ya, tadinya Sinta adik kelasku di SMA. Waktu aku kelas 3, dia baru kelas 1. Dan aku hanya mengejar D2, lalu kerja dan cepat-cepat menikahi Sinta yang baru lulus SMAnya.

Sinta lahir dari keluarga yang cukup mapan. Sehingga ia tidak terlalu merongrong padaku, bahkan mertuaku mendorong agar aku melanjutkan kuliah sampai S1. Kerja sambil kuliah, akhirnya membuatku lumayan berhasil di kantorku. Setelah meraih S1, posisiku makin baik di kantorku.

Sinta bisa kusebut luar biasa bentuknya. Teman-temanku juga menganggapku sukses, karena berhasil mempersunting Sinta yang demikian cantik dan seksinya. Kulitnya termasuk putih bersih untuk ukuran orang Indonesia. Tubuhnya tinggi langsing, tapi payudaranya lumayan montok, dengan bra ukuran 36, yang selalu dirawat agar tetap kencang. Wajahnya rada mirip Sarah Azhari. Bahkan di mataku, Sinta lebih cantik. Kulitnya pun lebih putih daripada kulit Sarah Azhari. Hanya hidungnya memang tidak sebesar hidung artis seksi itu. Tapi hidung Sinta tetap tergolong mancung.

Aku mau to the point mengapa aku membuat tulisan ini. Sekaligus untuk sharing dengan teman-teman yang memiliki kesamaan dengan pengalamanku.
Yang menjadi titik masalahku adalah gairah seksualku. Meskipun aku mempunyai seorang istri yang cantik dan seksi, gairah seksualku menurun sejak setahun yang lalu. Kalau aku bersenggama dengan istriku, rasanya aku sangat memaksakan diri, mencari-cari gairah untuk memenuhi kewajibanku sebagai seorang suami. Padahal umurku baru 30 tahun, sementara istriku baru 28 tahun.

Aku sering merasa bersalah kalau tidak memenuhi kewajiban batin pada istriku. Padahal aku tahu Sinta sangat dominan nafsu seksnya. Terkadang ia sengaja merangsangku sedemikian rupa, dengan tujuan agar aku menyetubuhinya. Lalu aku pun mengkhayalkan macam-macam supaya gairah seksualku bangkit. Anehnya khayalanku lain dari yang lain. Aku suka membayangkan Sinta sedang disetubuhi orang lain. Lalu aku merasa cemburu dan dari kecemburuan itu bangkitlah nafsuku. Kemudian aku berhasil membangkitkan kejantananku dan menggauli SInta sebagaimana mestinya.

Aneh memang. Aku seperti mendapatkan obat yang mujarab kalau mengkhayalkan istriku sedang disetubuhi orang lain, sementara aku seakan-akan berada di dekat mereka. Kemudian hal ini berlanjut dengan kebiasaan baru. Aku suka nonton dvd bokep. Tapi setelah sering digoda oleh khayalan aneh itu, aku jadi pilih-pilih waktu mau membeli plat dvdnya. Hanya yang 3some atau swinger yang kupilih. Yang 3some, hanya MMF (male-male-female) yang kupilih. Lalu aku nikmati dvd-dvd porno itu dengan membayangkan seolah-olah aku jadi salah seorang pria yang sedang menggauli wanita itu. Isteriku juga suka kuajak nonton bareng. Meski ia tidak begitu suka nonton film porno, tapi setelah sering kupaksa akhirnya mau juga menontonnya di dalam kamarku.

Waktu nonton film 3some atau bang my wife atau swinger, pada mulanya istriku berkomentar seperti tidak suka, “Ih…masa satu perempuan dikeroyok dua laki-laki begitu?!”

Aku berusaha menjawab sambil memberi sugesti sedikit demi sedikit, “Tapi dengan threesome begitu, semua pihak jadi puas sekali.”
“Maksud Mas?” Sinta memandangku dengan sorot heran.
“Hehehe…cewek itu pasti akan merasa lebih puas digauli dua orang cowok daripada sama satu cowok. Lihat…dia dielus dari dua arah, jadi lengkap kan? Dan hehehe…pasti lebih variatif, karena ada dua macam batang kemaluan….”
“Tapi cowok-cowoknya?”
“Akan lebih puas juga. Waktu temannya sedang menyetubuhi perempuan itu, gairahnya jadi bangkit lagi. Jadi yang biasanya cuma kuat satu kali dalam semalam, kalau threesome begitu bisa tiga atau empat kali seorang. Kalau dua orang…ya bisa sampai delapan kali atau lebih perempuan itu menerima ejakulasi partner-partnernya.”
“Ihhh…” Sinta bergidik.

Lalu pandangan kami tertuju ke film lain. Tentang seorang suami yang sudah tua, sementara istrinya masih muda. Judulnya juga “Please bang my wife”. Bisa ditebak seperti apa jalan cerita film itu.
Lagi-lagi istriku protes, “Kok bisa ya suami itu menyuruh orang lain menyetubuhi istrinya?”

“Itulah salah satu kreativitas dalam kehidupan seksual, untuk mengatasi kejenuhan. Di zaman sekarang hal seperti itu sudah lazim.”
“Lazim?! Di barat kali Mas.”
“Di negara kita juga sudah banyak sekali yang melakukannya. Nanti deh kuperlihatkan sebuah situs yang menawarkan swinger, threesome, gang bang dan sebagainya.”

Kemudian kujelaskan apa yang disebut swinger, threesome, gang bang dan sebagainya. Sinta seorang pendengar yang baik. Tapi malam itu ia memperlihatkan ketidaksetujuannya pada penjelasanku, “Manusia kok aneh-aneh sih? Masa istrinya dibiarin digauli orang lain? Disaksikan sama suaminya sendiri lagi. Apa suaminya nggak cemburu?”
“Tentu saja cemburu. Tapi dari cemburunya itu sang suami mendapatkan sensasi. Sehingga nafsunya jadi timbul secara luar biasa. Lebih hebat daripada memakai obat perangsang.”
“Ih,” istriku bergidik, “Kalau aku dibegituin sama orang lain, Mas begitu juga? Jadi tambah nafsu padaku?”

Pertanyaan itu agak mengejutkan. Terlalu cepat rasanya. Tapi aku berusaha menjawabnya sambil berusaha menenangkan diri, “Aku malah sering membayangkan kamu digauli pria lain. Khayalan itu memang nyebelin pada mulanya. Tapi anehnya, setelah membayangkan hal itu, nafsuku jadi timbul, sayang.”

Sinta menatapku dengan sorot penuh selidik, “Nggak salah tuh? Jangan memancing pertengkaran ah. Kita kan sudah sepakat tidak mau bertengkar lagi, demi ketentraman anak-anak kita.”
Aku tersenyum. Kupeluk pinggangnya, lalu kuelus rambutnya sambil berbisik, “Aku serius, sayang. Hidup di zaman sekarang memang harus kreatif. Jangan berjiwa kampungan.”
“Maksud Mas? Mau ikut-ikutan seperti di film itu? Terus hubungan kita jadi rusak dan anak-anak jadi korban, begitu?”
Susah sekali meyakinkan istriku agar mengikuti jalan pikiranku. Padahal biasanya ia penurut, senantiasa mengikuti jalan pikiranku. Tapi seperti yang kubaca dari sebuah situs, hal seperti ini memang perlu waktu. Jangan memaksakan kehendak. Semuanya harus berjalan tenang dan smoothly.

Tapi diam-diam kubujuk terus istriku agar mau mengikuti apa yang senantiasa menggoda pikiranku. Jawabannya malah semakin tegas, “Nggak ah. Jangan ngaco Mas. Mungkin Mas sudah bosan padaku dan ingin dapat izin untuk selingkuh dengan cewek lain kan? Buang saja jauh-jauh pikiran edan itu Mas. Ingat akibatnya nanti.”

Aku terhenyak. Tapi aku masih punya senjata. Dengan membelai rambutnya secara lembut dan berkata setengah berbisik, “Kamu salah paham, sayang. Fokusnya bukan seperti itu. Aku ingin mendapatkan manfaat yang fantastis dari keinginan itu. Sungguh, aku akan tetap mencintaimu dengan sepenuh hati. Aku berjanji bahwa aku justru akan semakin mencintaimu, sayangku, buah hatiku, permataku….”

Sinta hanya menatapklu dengan sorot nanar. Lalu memelukku, tanpa kata-kata terlontar lagi dari mulutnya. Aku pun tak mau mendesak terus. Biarlah semuanya berjalan secara santai. Jangan ada unsur pemaksaan.

Tapi diam-diam aku pun semakin aktif mengcopy kisah-kisah dan pengakuan dari para pelaku swinger maupun threesome. Semuanya kusimpan di komputerku yang bisa selalu online ke internet di dalam kamarku. Dan pada suatu pagi, sebelum aku berangkat ke kantor, kubisiki istriku, “Nanti bacalah semua salinan dari situs terkenal itu. Aku sudah saving di file dengan kode MMF. Minimal pelajari dulu, supaya kamu mulai mengerti, Yang.”

Istriku tidak menjawab. Tapi sorenya, setelah aku pulang dari kantor dan sedang menikmati kopi panas di depan TV, Sinta menghampiriku di sofa. Duduk di sampingku sambil menyandarkan kepalanya di bahuku. Dan berkata, “Tadi sudah kubaca semuanya Mas.”
“File MMF itu?” tanyaku dengan jantung deg-degan, karena ingin tahu reaksinya.
“Iya,” sahut istriku perlahan, “Ternyata sudah banyak yang melakukan itu, ya Mas. Hampir di semua kota besar di negara kita sudah ada clubnya.”
“Iya. Dan kisah-kisah nyatanya sudah dibaca juga?”
“Sudah. Ih…bikin aku degdegan bacanya.”
“Sekarang mari kita bicara jujur. Kamu terangsang nggak waktu membaca kisah-kisah nyata itu?” tanyaku sambil memperhatikan wajah istriku.
“Iya sih…terangsang banget….membayangkan dua orang cowok me…ah…pokoknya terangsang Mas. Tapi Mas nggak marah kan?”
“Kenapa harus marah? Kan semuanya itu aku yang mulai, aku yang menginginkannya, karena sudah lama aku mengkhayalkannya.”
“Terus?”
“Sekarang ya terserah kamu, sayang. Aku nggak mau main paksa. Aku ingin agar seandainya hal itu terjadi, tidak ada yang merasa dipaksa.”
“Dan tidak boleh ada yang menyesal?!” Sinta menatapku dengan senyum malu-malu.
“Aku jamin, sayang. Kamu buktikan sendiri nanti, aku malah akan semakin sayang padamu.”
Istriku terdiam. Kuelus pipinya dengan lembut, “Sudah mulai mengerti apa yang kuinginkan?”
“Nggak tau Mas. Aku takut akibatnya. Lagian emang ada orang yang mau kita ajak?”
“Ada. Dijamin ada. Orangnya dijamin bersih. Tampan dan intelektual. Bukan orang urakan.”
“Lho…kok sepertinya sudah dipersiapkan sematang itu, Mas?”
“Mmm…tadinya dia itu teman chatting. Dia orang baik. Sering datang ke kantorku. Dia sudah 26 tahun, tapi masih bujangan. Dia trauma, karena pacarnya meninggal ketika dia sedang siap-siap mau menikahi cewek itu.”
“Kenapa meninggal? Kecelakaan?”
“Bukan. Kena kanker hati. Dibawa ke Singapura, tapi tetap tidak tertolong.”
“Terus…emangnya Mas sudah janjian sama dia?”
“Baru diajak ngobrol sepintas saja. Dia cepat mengerti, karena pernah kuliah di Amerika. Dia bilang, di Amerika hal seperti itu sudah biasa. Padahal sebenarnya di negara kita juga sudah banyak yang melakukannya.”
Sinta terdiam. Ketika aku bertanya mengenai keputusannya, ia cuma berkata perlahan, “Nggak tau Mas. Aku masih takut…masih harus dipikirkan dulu baik buruknya.”
“Baiklah,” kataku sambil membelai rambutnya, “Pikirkan dulu sematang-matangnya. Yang jelas, aku menganggap hal itu positif. Sangat positif, demi keutuhan hubungan kita. Bukan sebaliknya.”
“Kedengarannya rada aneh memang. Demi keutuhan hubungan kita, tapi jalannya seperti itu,” kata istriku dengan nada dingin.
“Karena aku bisa memiliki khayalan yang fantastis. Lebih kuat daripada obat perangsang. Ini akan menimbulkan gairah yang luar biasa, baik bagiku maupun bagimu.”
Hari itu tidak ada keputusan. Keesokannya kudesak lagi istriku. Lalu ia berkata, “Kalau soft dulu bagaimana Mas? Jangan langsung…soalnya aku masih risih sekali.”
“Boleh,” sahutku gembira. Minimal sudah ada “kemajuan” dalam pendirian istriku. “Misalnya ciuman saja dulu. Kalau kamu merasa kurang enjoy, ya jangan dilanjutkan.”
“Tapi Mas…jujur aja, aku belum bisa ngebayangin apa yang bakal terjadi nanti. Jangan-jangan aku pingsan sebelum ketemuan orang itu.”
“Hmmm…jangan takut, sayang. Kan ada aku di sampingmu,” kataku sambil mengelus punggungnya.
“Justru aku nggak bisa bayangin dipeluk…dicium dan sebagainya oleh laki-laki lain, di depan suamiku sendiri.”
“Yah…di situlah kita harus sama-sama tegar, demi sesuatu yang lebih bermanfaat buat batin kita.”

—-XXXXXXXXXXXXXX—-

BARU sampai di situ isi file “Istri Tercinta” itu. Jelas file itu belum selesai, kalau Mas Toni mau menyelesaikannya. Karena aku paling tahu apa yang telah terjadi. Isi file itu baru awalnya, awalnya sekali.
Setelah membaca kisah nyata yang belum selesai itu, aku pun jadi tercenung dibuatnya.

Terbayang lagi semuanya dengan jelas di pelupuk batinku. Sangat jelas, karena itu awal dari suatu perjalanan yang tadinya kuanggap aneh, tapi lalu aku berusaha membiasakan diri. Dan lama kelamaan jadi suatu tuntutan batin, untuk melakukannya lagi dan lagi dan lagi.

Oh, kenapa aku harus mengalami kisah hidup seperti ini? Tapi, apakah aku bisa disalahkan? Bukan aku membela diri. Semua yang terjadi itu adalah untuk mengikuti keinginan suamiku. Tadinya aku malah tak pernah membayangkan akan terjadi seperti itu.

Aku masih ingat benar, sore itu aku masuk ke dalam hotel dengan jantung berdegup kencang. Mas Toni yang mengatur semuanya itu. “Kita harus datang duluan, supaya kamu tidak terlalu canggung, sayang.”

Kalau tidak salah jam 18.30 aku dan suamiku sudah berada di dalam kamar hotel five star itu. Di kamar yang terletak di lantai 16. Padahal Mas Toni sendiri yang bilang bahwa janjinya dengan orang itu jam 19.30. Berarti harus menunggu sejam.

Aku menurut saja ketika suamiku menyuruhku mengganti pakaian dengan kimono yang dibawa dari rumah. “Biar lebih seksi,” katanya dengan senyum menggoda.
Kucubit lengan suamiku dengan jantung berdebar-debar. Lalu masuk ke kamar mandi untuk mengganti celana panjang dan blouse dengan kimono sutra putih bercorak sakura biru muda. Anehnya, di kamar mandi aku merasa harus menanggalkan behaku. Lalu menggantungkannya di kapstok kamar mandi. Apakah ini pertanda bahwa aku sudah siap melakukan apa yang Mas Toni inginkan? Entahlah. Ketemu sama orangnya juga belum.

Waktu aku masih di kamar mandi, terdengar suara Mas Toni berbicara dengan seorang pria. Dengan siapa ya? Dengan bell boy? Tapi kedengarannya mereka cukup akrab. Membuatku penasaran. Lalu aku mengintip dari pintu kamar mandi yang kubukakan sedikit. Ada seorang cowok tinggi dan tampan sedang berbicara dengan Mas Toni. Ah…itukah orang yang sudah dijanjikan oleh suamiku? Orangnya setampan itu? Ah…kenapa dia sudah datang secepat ini? Bukankah janjiannya sejam lagi?

Lututku terasa gemetaran. Dengan perasaan bergalau.
“Sin…ini Yan sudah datang!” seru suamiku. Yang kusahut dengan “Iya,” sambil berkaca sebentar di depan cermin kamar mandi. Dengan jantung semakin degdegan.

Duh, apa yang akan terjadi nanti? Kenapa aku mendadak jadi grogi begini?
Aku keluar dari kamar mandi. Menghampiri suamiku dan tamunya yang…ah…benar-benar tampan orang itu!

“Kenalan dulu sayang,” kata suamiku sambil memegang bahuku.
Cowok yang kata suamiku sudah berusia 26 tahun, tapi kelihatan jauh lebih muda, menjulurkan tangannya dengan senyum simpatik, sambil menyebutkan namanya, “Yansen….”

“Sinta…” kataku mengenalkan diri, dengan suara tersendat.
Dan…tanganku yang sedang dijabat oleh Yansen tidak dilepaskan. Bahkan ia menarikku untuk duduk di sofa panjang, sementara suamiku duduk di kursi lain sambil menggoyang-goyang kakinya.
“Cantik kan istriku?” kata Mas Toni.
Yansen yang masih memegang tanganku dengan hangatnya, menatapku dengan senyum dan berdesis, “Iya Mas. Cantik sekali…”

Aku tersipu-sipu dibuatnya. Harusnya kutanggapi bahwa dia pun tampan sekali. Belakangan aku tahu bahwa Yansen itu blasteran Menado dengan Belanda. Pantaslah tampang dan postur tubuhnya sebagus itu. Belakangan juga aku tahu bahwa kamar di hotel mahal itu dibayar oleh Yansen.

“Mas, di kulkas hotel ini suka ada minuman, silahkan ambil sendiri,” kata Yansen sambil menunjuk ke kulkas di kamar hotel berbintang lima itu.
Suamiku mengangguk, lalu melangkah ke arah kulkas itu. Sementara tangan Yansen sudah bukan memegang tanganku lagi, melainkan menyelinap ke belakang dan memeluk pinggangku. Ini membuatku semakin degdegan.

Apakah aku tergerak dengan semuanya ini? Ya, aku harus mengakuinya secara jujur. Tapi aku jadi begini gugupnya. Sementara harum khas parfum buat lelaki, tersiar ke penciumanku.

“Hebat,” seru suamiku sambil mengeluarkan beberapa botol minuman dari kulkas. Ada chivas regal, martini, tequila dan tiga sloki.
“Ayang suka ini kan?” kata suamiku sambil mendekatkan botol Martini ke dekatku. DI depan orang lain Mas Toni suka memanggilku dengan sebutan “ayang”, sebagai tanda menghargaiku.
“Tapi tequila lebih bagus,” kata Yansen, “Bikin semangat.”

aku pernah mendengar bahwa tequila bisa membuat wanita jadi horny. Tapi aku belum pernah mencobanya. Aku memang bukan peminum, tapi sesekali bolehlah. Apalagi saat itu aku merasa butuh keseimbangan, mungkin bisa dibantu oleh minuman.

“Iya Mas. Aku ingin nyoba tequila,” kataku sambil berusaha menenangkan diri.
“Aku chivas regal aja, biar kerasa greng,” kata suamiku.
“Aku juga chivas, Mas,” kata Yansen sambil mencium pipiku tanpa ragu. Aku terkejut. Tapi diam saja. Bahkan…aduh, aneh, tubuhku terasa lemas mendapatkan kecupan ini. Tapi harus kuakui sejujurnya, lemasnya ini karena belenggu birahi yang mulai mencuat di dalam batinku.

Dan setelah minum tequila, dinginnya AC tidak terasa lagi. Kecanggunganku juga mulai cair. Tapi tetap saja ada degdegan di dada, karena makin lama Yansen makin merapatkan duduknya ke tubuhku, sementara Mas Toni malah menyalakan TV, dengan botol minuman di depannya dan sloki yang sudah hampir kosong di tangannya. Aku mencuri pandang berkali-kali ke arah suamiku yang sedang memandang ke arah TV, dengan perasaan bersalah. Karena tangan Yansen mulai menyelinap ke balik belahan kimonoku di bagian dada. Pasti Yansen tahu bahwa aku tak memakai beha di balik kimono sutra ini. Dan ketika tangannya memegang payudaraku dengan lembut, oooh, aku benar-benar sudah runtuh !

Desir darahku sudah mulai merajalela dalam arus birahi yang tak terkendalikan. Tapi sebagai seorang wanita, aku masih menyembunyikan hasrat ini. Aku hanya membiarkan buah dadaku mulai diremas dengan lembut oleh belia tampan itu, sementara bibirnya berkali-kali mengecup pipiku. Aku juga tahu suhu badanku mulai meningkat.

“Mas Toni,” kata Yansen pada suatu saat, “Mungkin lebih baik kalau lampunya dimatiin dulu, supaya kami tidak canggung. Nanti bisa dinyalakan lagi…kalau Mas setuju.”
“Iya, iya…” suamiku menjulurkan tangannya ke sakelar lampu yang tidak begitu jauh darinya. Lalu klik….lampu di kamar mewah ini pun mati. Hanya layar TV LCD yang masih membersitkan cahaya remang-remang.
Usul Yansen bagus sekali.Karena setelah digelapkan, aku pun tidak merasa rikuh lagi. Bahkan ketika bibirnya mencium bibirku, kusambut dengan lumatan penuh gairah.

Sungguh, baru sekali inilah aku sangat bergairah untuk saling lumat bibir dan saling julurkan lidah. Maka tanpa ragu-ragu lagi aku mulai memeluk Yansen erat-erat, terkadang bercampur dengan remasan bergelora.
Tapi…oh…jiwaku semakin diamuk nafsu, karena tangan Yansen mulai merayapi lutut dan pahaku. Rasanya aku makin sulit bernafas. Sulit menahan gelora nafsu di dalam jiwaku. Aneh memang, elusan di pahaku terasa begini membangkitkan. Terlebih setelah menyelinap ke balik celana dalamku…mulai meraba-raba kemaluanku yang sudah mulai merekah dan membasah. Mulai mengelus bibir kemaluanku, kelentitku dan ah…ini membuatku semakin tergetar dalam arus birahi yang semakin merajalela. Terlebih ketika jemari nakal itu mulai menyelinap ke dalam celah vaginaku, lalu bergerak-gerak binal di dalam liang memekku, ah, rasanya tak tahan lagi aku dibuatnya. Aku sudah kepengen merasakan kejantanan. Tapi aku harus menahan diri. Kubiarkan saja tangan Yansen mempermainkan liang memekku. Bahkan kubiarkan juga celana dalamku ditarik sampai terlepas dari kakiku. Berarti di balik kimono ini aku tidak mengenakan apa-apa lagi.

“Minta lagi tequilanya, Yan,” bisikku. Yan mengangguk, lalu menuangkan tequila ke slokiku. Kuteguk setengahnya. Lalu aku merasa semakin bergairah. Sesekali aku melirik ke arah Mas Toni yang masih tampak di keremangan, masih asyik menonton TV. Lalu kubiarkan tangan Yansen mengelus dan mencolek-colek kemaluanku lagi. Bahkan seperti pencuri yang memanfaatkan kelengahan calon korban, diam-diam tanganku mulai menarik celana Yansen. Lalu menyelinap ke balik celana dalamnya. Berdegup jantungku dibuatnya, karena aku sedang memegang batang kemaluan yang begini besar dan panjangnya…sudah keras dan hangat pula ! Secara jujur harus kuakui, batang kemaluan Yansen jauh lebih besar dan panjang daripada punya Mas Toni.
Ini membuatku semakin bernafsu. Tanpa ragu lagi tanganku mulai meremas dan mengelus zakar Yansen dengan lembut. Diam-diam Yansen pun mulai menanggalkan celana panjang dan celana dalamnya.

Dan aku tak tahu lagi apa yang harus kulakukan, ketika Yansen melepaskan ikatan tali kimonoku, lalu dengan hangat mencelucupi puting payudaraku. Aku menggeliat dan merebahkan diri, terlentang di sofa panjang yang ukurannya hampir sama dengan bed nomor 3 itu.

Tapi jilatan dan sedotan Yansen tak terbatas pada puting payudaraku saja. Ia menjilati leherku. Lalu melumat bibirku, yang kusambut dengan lumatan hangat juga. Lalu turun lagi, dengan gigitan-gigitan lembut di payu daraku. Dengan jilatan-jilatan hangat di pusar perutku…dan turun terus…mulai menjilati kemaluanku. Oh, aku tak kuat menahan nafsu birahiku. Jilatan Yansen memang enak sekali. Membuat sekujur tubuhku sering mengejang dan menggeliat.

Aku tak kuat lagi. Ingin segera merasakan persetubuhan yang sebenarnya. Maka kucubit-cubit bahu Yansen, sebagai isyarat agar dia menghentikan jilatannya, lalu mulai dengan persetubuhan yang sebenarnya. Tapi bagaimana dengan suamiku yang tampak masih asyik menikmati minumannya?

Yansen mengerti apa yang kuinginkan. Ia merayap ke atas tubuhku, sambil meletakkan puncak “pohon jamur”nya di antara sepasang bibir kemaluanku. Dan sebelum melakukan penetrasi, Yansen berkata, “Silakan nyalakan Mas…”
Aku terkejut. Tak menyangka Yansen akan minta diterangin lagi. Padahal aku sedang di puncak hasrat birahiku. Dan kamar ini jadi terang kembali. Tepat pada saat Yansen tinggal mendorong saja batang kemaluannya yang sudah siap di mulut memekku.

“Mas…mohon izin…” kata Yansen sambil menoleh ke arah suamiku.

Aku juga menatap suamiku, seolah-olah minta izin juga.

Mas Toni menghampiri kami. Mengelus pipiku sambil tersenyum, “Ya, lakukanlah. Ini rahasia kita bertiga. Orang luar takkan ada yang tahu.”

Tanpa basa basi lagi Yansen mendesakkan batang kemaluannya yang panjang gede itu. Perlahan-lahan terasa liang kenikmatanku diterobos batang kemaluan yang jauh lebih besar daripada batang kemaluan suamiku. Membuatku terengah dan memegang pergelangan tangan Mas Toni erat-erat. Oh…ini adalah pertama kalinya memekku dimasuki batang kemaluan orang selain suamiku sendiri!

Tapi Mas Toni malah tersenyum dan berkata, “Nikmati saja. Ini kan keinginan aku, sayang. Jangan kaku…lebih hot lebih bagus.”

Lalu suamiku duduk lagi di kursi depan TV, sambil menyaksikan kejadian yang sedang kualami. Apakah aku mulai dipengaruhi tequila yang kuminum tadi, ataukah memang gairah birahiku sedang memuncak, atau karena ukuran batang kemaluan Yansen yang aduhai…entahlah. Yang jelas aku mulai menikmatinya. Mulai merasakan enaknya ayunan batang kemaluan Yansen, yang begitu mantap dan terasa sekali begitu kuatnya menggesek-gesek dinding liang memekku. Oh, ini membuatku mulai mendesah-desah histeris…aaaah….oooh…aaah….oooh….aaaah….
Lebih enak lagi ketika Yansen mulai mengemut puting payudaraku, menyedot-nyedot dan menjilatinya, sementara batang kemaluannya demikian mantap mengentot memekku.

Tak peduli lagi dengan kehadiran suamiku, maka terlontar begitu saja celotehan histeris dari mulutku yang sedang diamuk kenikmatan,
“Oo….Yan…ooo….ini enak sekali Yan….aaaah….terus genjot jangan brenti-brenti Yan…ooooh….”

Ketika aku melirik ke arah Mas Toni, malah kulihat suamiku mengacungkan jempolnya. Mungkin ia sangat terangsang dengan apa yang sedang kulakukan dengan Yansen yang tampan dan perkasa ini. Maka tanpa ragu lagi aku pun mulai mengayun pinggulku.

Rasanya Yansen sangat memperhatikan titik-titik kenikmatan seorang wanita. Waktu mengayun batang kemaluannya, bibir dan tangannya pun tiada hentinya menyelusuri titik-titik peka di tubuhku. Terkadang ia menggigit daun telingaku dengan lembut, kadang-kadang juga menjilati lubang telingaku, lalu menggigit-gigit kecil di leher dan buah dadaku, lalu melumat bibirku kembali, sementara batang kamaluannya benar-benar perkasa bergerak maju mundur dengan mantapnya di dalam liang memekku.

Aku jadi merasa punya tempat pelampiasan. Sambil mendekap pinggang Yansen erat-erat, kulumat bibir cowok tampan itu.

Aneh memang. Berciuman dengan Yansen terasa indah sekali. Malah lebih indah daripada berciuman di masa remajaku dengan Mas Toni dulu.
Semuanya membuatku lupa daratan. Saling lumat bibir dan lidah, sehingga tak peduli lagi dengan air ludah yang bertukar-tukar tampat, sambil saling dekap erat dan hangat, sementara memekku dienjot terus dengan mantapnya oleh batang kemaluan Yansen yang “giant size” itu.

Aku malah dibuat lupa bahwa di kamar mewah itu ada suamiku yang sedang menyaksikan semuanya ini. Soalnya gesekan batang kemaluan Yansen yang begitu terasa mendenyut-denyutkan kenikmatanku telah membuatku seolah tiada orang ketiga di kamar ini.
Lagian aku teringat pada ucapan suamiku sendiri sebelum Yansen datang tadi, “Lakukan semuanya seseksi mungkin. Semakin kelihatan bergairah, akan semakin positif pengaruhnya bagi jiwaku.”

Jadi, salahkah kalau aku menikmati semuanya ini demi kepuasanku dan demi keinginan suamiku sendiri?

Tapi terlalu enaknya geseran batang kemaluan Yansen, ditambah dengan saling lumat bibir dan saling remas dengan hangat dan gairah birahi yang terlalu dahsyat ini, membuatku cepat mencapai titik orgasme…membuatku mengejang sambil merasakan puncak kenikmatan dari hubungan seksual yang aduhai ini. Maka aku pun mengejang, menahan napas dan memeluk pinggang Yansen seerat-eratnya. Lalu terasa liang memekku berkedut-kedut. Ini orgasmeku yang aduhai. Tapi aku tidak mau membisikkannya kepada Yansen bahwa aku sudah mencapai orgasme, karena malu.

Hanya saja aku jadi terdiam dalam lunglai dan kepuasan. Sementara batang kemaluan Yansen jadi lancar bergerak maju mundur di dalam liang memekku yang sudah mulai basah oleh lendir kenikmatanku.
Dalam kondisi yang masih lesu, tapi gairah masih berkobar, aku baru teringat pada suamiku yang sedang memperhatikan gerak-gerikku sambil tersenyum-senyum. Aku jadi merasa kasihan juga padanya. Lalu kulambaikan tanganku agar ia mendekat.

Mas Toni mendekatiku. Tanganku menjulur dan mrnarik-narik ritsleting celananya. Ia mengerti apa tujuanku. Disembulkannya batang kemaluannya dari belahan celananya.

Sudah keras sekali! Lalu kutarik ke arah mulutku.

Mas Toni jadi pindah untuk mencapai tujuanku. Dia jadi berlutut dengan kaki berada di kiri kanan kepalaku. Sementara Yansen mengentotku sambil menahan badan dengan kedua tangannya.

Aku berhasil menarik batang kemaluan Mas Toni ke dalam mulutku. Akupuin mulai menjilati dan menyedot-nyedot batang kemaluan Mas Toni. Ini adalah pertama kalinya aku meladeni dua orang pria sekaligus.

Bukan main…aku jadi sibuk tapi nikmatnya luar biasa.Gesekan-gesekan batang kemaluan Yansen yang makin gencar mengentot memekku, membuatku terengah-engah dalam nikmat. Lalu kulampiaskan ke arah zakar suamiku, dengan menyelomotinya seedan mungkin.

Sungguh aku tak menduga akan mengalami peristiwa yang luar biasa bergairahnya ini. Tapi sayang sekali, baru beberapa menit kuselomoti batang kemaluan Mas Toni, lalu terasa menyembur-nyemburkan air mani di dalam mulutku! Mungkin ia sangat terangsang melihat persetubuhanku dengan Yansen, sehingga cepat sekali ia mengalami ejakulasi. Tanpa banyak protes, kutelan seluruh cairan kental dari batang kemaluan suamiku ini. Tak kusisakan setetes pun.

Supaya tidak mendatangkan kesan kurang enak, aku minta tequila lagi. Suamiku menuruti permintaanku. Kuminta agar Yansen mencabut dulu batang kemaluannya dari memekku. Lalu kuteguk tequila di slokiku sekaligus. Gairahku semakin menjadi-jadi setelah minum tequila yang konon dibuat dari sari buah nanas itu.

Aku mengajak Yansen pindah ke atas tempat tidur. Yansen setuju. Sementara suamiku merebahkan diri di sofa panjang itu. Pasti karena lemas setelah ejakulasi tadi.

“Tukar posisi ya,” kataku sambil mendorong dada Yansen agar menelentang di kasur. Yansen tersenyum dan mengikuti kehendakku. Kemudian aku merayap ke atas tubuhnya. Memegang batang kemaluannya sambil mengarahkan ke mulut vaginaku.

Dengan gairah yang makin menggila, aku menurunkan pinggulku, sehingga batang kemaluan Yansen membenam ke dalam liang kenikmatanku.
Aku menjatuhkan diri ke dada Yansen, sehingga payudaraku terasa mendesak dadanya yang bidang dan atletis.

Seperti serigala lapar, aku dengan edan mengayun pinggulku, naik turun dan meliuk-liuk, sehingga liang memekku seperti membesot-besot batang kemaluan Yansen…membuat Yansen ternganga-nganga mungkin karena merasa enaknya besotan liang vaginaku. Tapi kututup mulut Yansen dengan ciuman hangatku, yang lalu menjadi luamatan penuh gairah. Aku sudah minum tequila lagi tadi, membuatku yakin takkan ada bau kurang sedap tersiar dari mulutku. Dalam posisi seperti ini, terasa buah pinggulku diremas-remas oleh Yansen, membuatku tambah bersemangat untuk mengayun pantatku dengan gerakan yang erotis, terkadang gerakan pinggulku seperti angka 8.

Aku tak peduli lagi siapa diriku dan siapa lelaki muda yang sedang bersetubuh denganku. Mungkin Mas Toni benar, seperti yang diungkap dalam file pribadinya itu, bahwa aku ini pada dasarnya memiliki nafsu besar. Hanya aku sering menyembunyikannya, karena aku ini seorang wanita.
Gilanya, Yansen belum ejakulasi juga. Padahal aku sudah 3 kali merasakan orgasme.

“Kamu minum obat kuat?” bisikku terengah, tanpa menghentikan ayunan pinggulku.
“Nggak. Swear…nggak pernah menyentuh obat kuat segala macam…” sahut Yansen sambil menciumi puting payudaraku.
“Kamu kuat sekali sayang….kalau begini bisa ketagihan aku nanti…” bisikku pelan, takut kedengaran sama Mas Toni.
“Emang biasanya suka berapa jam?”
“Nanti deh kuceritakan. aku memang lain dari yang lain…oooh….memekmu enak sekali Mbak….aku pasti ketagihan nih…” Yansen terpejam-pejam ketika liang memekku membesot dengan kencang. Ini sebenarnya untuk kenikmatanku juga.
Karena makin kencang aku membesotnya, makin enak juga rasanya buatku.
Aku tidak tahu apa yang ia maksud dengan “lain dari yang lain”. Aku cuma merasa ia terlalu tangguh, sehingga aku harus berjuang keras untuk membuatnya ejakulasi. Maka besotan-besotan liang vaginaku juga semakin kupergila. Tapi akibatnya…aku malah orgasme lagi untuk yang kesekian kalinya. Gila, belum pernah aku mengalami persetubuhan seedan ini.Padahal keringat Yansen sudah membasahi tubuhnya, berbaur dengan keringatku.
Yansen malah seperti menyukai keringat yang membasahi leherku. Ia pun menjilati keringat di leherku, membuatku merinding dalam nikmat. Sungguh…tak pernah kubayangkan bahwa ide suamiku telah memberikan kenikmatan yang aduhai begini.

Kelopak mataku juga tak luput dari kecupan dan jilatannya. Sehingga aku makin bersemangat untuk mengayun pinggulku, tanpa mempedulikan suamiku yang sudah terkapar di sofa.

Batang kemaluan Yansen yang begitu panjangnya, membuat ujung liang memekku disundul-sundul terus. Sungguh fantastis rasanya, karena puranaku (seperti cincin yang berada di ujung liang vagina) disundul-sundul terus, membuatku merem melek dalam nikmat yang sulit kulukiskan dengan kata-kata.
Yansen sendiri sering membisikiku, “Mbak…oooh…Mbak enak sekali….luar biasa enaknya….”

Aku sendiri seolah melayang-layang di langit yang ke tujuh saking nikmatnya. Sehingga terkadang aku meremas setengah mencakar-cakar bahu Yansen dalam keadaan lupa daratan.

Begitu lama Yansen menyetubuhiku, sehingga aku merasa berkali-kali orgasme, tapi aku tidak mengatakannya, karena malu mengakui bahwa semuanya ini terlalu nikmat bagiku.

Sampai pada satu saat, Yansen membisiki telingaku, pelan sekali, seperti takut terdengar oleh suamiku: “Aku mau lepas…gakpapa kalau kulepasin di dalam?”
Aku malah menjawabnya dengan spontan, “Iya, lepasin di dalam aja biar enak.”

Lalu kugoyang pinggulku seedan mungkin. Dan pada satu saat Yansen menekankan batang kemaluannya sedalam mungkin, sampai aku terbeliak dalam arus birahi yang fantastis. Dan batang kemaluan perkasa itu terasa mengejut-ngejut di dalam liang vaginaku, sambil menyemprot-nyemprotkan cairan hangat dan kental…srrrt…srrrt…srrttttt…srttttt…..oooh enak sekali semburan air mani Yansen ini. Rasanya baru sekali ini aku meresapi arti nikmatnya bersetubuh,bukan dengan suamiku pula, sehingga aku mendekap pinggang Yansen dengan penuh perasaan. Dan membiarkan keringatnya membanjiri tubuhku. Air maninya pun terasa meluap, meleleh dari memekku ke seprai. Begitu banyak dia memuntahkan air maninya.

Oh, indahnya malam yang penuh birahi ini…..seakan takkan berujung…seakan nafasku sudah menyatu dengan perjalanan baru ini.

Rabu, 07 Mei 2014

Variasi Bercinta dalam Perkawinan Kami

Istriku, Della dan aku telah berumah tangga selama beberapa tahun lamanya dan sering dalam tahun-tahun perkawinan kami tersebut aku berfantasi tentang dia bercinta dengan pria lain. Seorang pria sempurna yang menyetubuhinya dengan hebat dan membuat istriku mengerang keenakan menikmatinya.

Dalam setahun belakangan ini, aku selalu mengungkapkan fantasiku ini ketika berada di atas ranjang dan kurasakan dia selalu menjadi lebih bergairah karenanya dan akan diikuti dengan permainan seks yang liar dan ledakan multi orgasme setiap kalinya. Masalahnya, jika diluar area ranjang Della tidak pernah mau mendiskusikan hal tersebut denganku, yang hal itu membuatku cukup merasa frustrasi. Jika aku berusaha untuk mengajak dia untuk mendiskusikannya dia langsung marah dan pergi. Della memang seorang wanita dengan latar belakang keluarga yang sangat ketat pendidikan agamanya.

Istriku Della saat ini berusia 35 tahun. Tinggi dan berat badannya yang rata-rata tetap terjaga bentuknya karena rutinnya dia pergi ke pusat kebugaran dua kali dalam seminggu. Payudaranya juga sedang-sedang saja, tapi dia memiliki puting susu yang cukup besar saat gairahnya terbakar. Dan yang paling membuatku bangga beristrikan dia adalah wajahnya yang sangat manis dan teramat menarik, disamping kepribadiannya yang baik dan senyumannya yang selalu dapat meredakan amarahku. Dia juga seorang pasangan bercinta terbaik yang pernah kudapatkan.

Akhirnya, kuputuskan agar fantasiku tentang dia bercinta dengan pria lain dapat terwujud, aku harus mencoba cara yang berbeda dengan jalan yang kupakai selama ini. Aku tahu dia sangat selektif terhadap pria. Maksudku selama perkawinan kami aku ingat ada sekitar empat atau lima pria lain yang mampu menarik perhatiannya. Kesemuanya dengan kepribadian yang unik, dapat kukatakan begitu, tinggi, gagah, dan menarik. Hasilnya, setelah sedikit ‘kembali ke masa lalu’, aku akhirnya menjatuhkan pilihanku pada seorang pria berumur sekitar tiga puluhan yang aku yakin memenuhi deskripsi tentang seorang pria yang dapat menarik perhatian Della. Aku bertemu dengannya saat sedang berkeliling di seputar kota. Namanya Thomas, dia sangat gagah dan tinggi dengan kulit yang kecoklatan, dan sangat menarik menurutku. Satu hal yang dapat menarik perhatian Della dari Thomas adalah tak hanya dia seangat menarik dan berkharisma, dia seorang pria bertipe jantan dan ‘jalanan’ yang sangat kontras dengan kami yang berpendidikan dan mapan.

Di salah satu kafe di sudut kota, waktu pertama kali bertemu dengan Thomas, kukeluarkan selembar foto Della dan mengatakan padanya kalau aku ingin agar dia bercinta dengan Della. Dia menyukai fotonya dan kalau dia bersedia, syaratnya dia boleh bercinta dengannya sesuai gayanya, tapi pertama-tama kami harus membuat Della bersedia melakukannya.

Kami membuat sebuah rencana agar Thomas dan Della dapat bertemu, disamping rasa takutku kalau Della takut dan marah dan semua kerja kerasku ini akan sia-sia. Akhirnya kami memutuskan kalau dia akan datang ke rumah besok malamnya dan pura-pura menjadi seorang teman lama yang sekian tahun tak pernah bertemu dan sedang singgah di kota ini dan mampir sejenak di rumahku.

Malam yang kunantikan serasa tak kunjung tiba, aku tenggelam dalam hayalanku membayangkan bagaimana malam tersebut akan berlangsung. Disamping rasa takutku kalau Della akan marah besar padaku karena telah menyusun rencana ini tanpa persetujuannya, aku lebih takut kalau dia tak bersedia berhubungan seks dengan Thomas. Kuhabiskan waktu untuk menyalakan lilin, menghidupkan CD player dan memilih lagu yang tepat untuk menjaga situasi hatinya. Kemudian kubujuk dia agar memakai sepatunya yang berhak tinggi yang selalu membuatku bergairah saat bercinta dengannya. Kurebahkan dia di atas karpet lantai ruang keluarga dan mulai mencumbu vaginanya selama kurang lebih 15 menit hingga dia mendapatkan orgasme pertamanya. Dia mulai hanyut dalam irama yang aku buat, dengan cepat jadi sangat basah saat aku mulai menyetubuhinya dengan gerakan lambat dan panjang. Aku mulai khawatir tak mampu bertahan lebih lama lagi. Saat orgasmenya yang kedua mulai datang lagi akhirnya terdengar Thomas mengetuk pintu depan.

Ketukan itu membuatnya langsung bangkit dengan sedikit ketakutan dan langsung bertanya siapa yang mengetuk itu, saat itu sekitar pukul 10 malam. Aku tak tahu, jawabku tapi aku akan segera mencari tahu dan mengusirnya pergi. Dia segera merapikan pakaiannya dan kutenangkan dia, aku tak akan mengijinkan siapapun masuk kemari, maka dia kembali rebah di karpet menggosok kelentitnya menungguku kembali dan menyelesaikan apa yang telah kami mulai tadi.

Kubuka pintu dan menjumpai Thomas berdiri di sana dengan maskulin dan mata yang bercahaya. Kukedipkan mataku padanya dan segera menyuruhnya masuk dengan tenang. Kubisikkan padanya agar segera ke ruang keluarga. Saat ini Della pasti sudah mendengar kedatangan kami.

Kami berjalan memasuki ruang keluarga dan kuperkenalkan Thomas pada Della yang duduk di sana memandanginya untuk beberapa waktu, bertanya-tanya siapa gerangan pria ini… dan apa yang sebenarnya sedang terjadi? Lalu dia memandangku, dan berbalik memandangi kami berdua bergantian. Aku takut dia akan marah tapi dia mengejutkanku dengan tenangnya berdiri membiarkan pakaiannya yang berantakan tadi terjatuh dikarpet. Dan kemudian berjalan mendekat lalu memberi Thomas sebuah pelukan sebelum kembali berbalik lagi dengan pantat dan payudaranya yang bergoyang saat dia berjalan untuk duduk di karpet itu lagi. Belakangan aku tahu kalau dia sudah menyadari saat aku menjawab ketukan pintu itu kalau semua ini sudah aku rencanakan. Saat pertama kali dia melihat Thomas, dia tahu kalau aku menunggu pria ini datang untuk bercinta dengannya. Dia akhirnya memutuskan untuk melakukannya saat mengetahui kalau Thomas seorang pria yang mampu menarik hatinya dan dia sudah siap untuk itu…

Setelah dia duduk di atas karpet, kami bertiga akhirnya juga duduk di atas karpet sekitar satu jam agar merasa nyaman berbicara tentang sesuatu selain seks meskipun kami dapat merasakan aura seksual semakin terbangun naik. Della duduk dengan tenang meskipun hanya memaki sepatu bertumit tingginya dan payudaranya yang terpampang dengan bebas di depan kami berdua dengan sangat menggoda. Aku memergoki Thomas selalu memandangi payudaranya. Dapat kukatakan Della menikmati pengalaman ini karena dia juga malah menggoda kami berdua dengan mengatakan kalau wajah kami merah dan terangsang. Dia terlihat sangat santai dan mengontrol situasi ini, yang itu sangat membuatku tekejut.

Dapat kulihat tonjolan besar di celana Thomas. Ukuran penis di baliknya terlihat besar (belakangan Della bilang padaku dia menyadari hal itu juga dan itu membuatnya sangat terangsang, membantunya memutuskan untuk bercinta dengan Thomas). Tidak ada seorangpun yang tergesa-gesa meskipun aku sangat ingin melihat Thomas berada diantara pahanya mengocoknya berulang-ulang untuk memberinya multi orgasme. Della kelihatan sangat menikmati setiap waktunya dan melakukannya dengan perlahan dan itu semakin membuatku frustrasi. Ini diambang titik dimana aku mengharapkan fantasiku menjadi nyata.

Saat Della akhirnya benar-benar merasa nyaman, dia rebah tengkurap dan meminta agar punggungnya dipijat. Ini adalah tanda yang kami tunggu-tunggu dan dalam keadaan ini tak mengejutkanku jika Della lah yang mengambil inisiatif tersebut. Dengan cepat aku memberi Thomas kesempatan memberi pijatan pada paha dan pantat Della, sedangkan aku dengan berdebar-debar terfokus pada leher dan bahunya. Kubiarkan Thomas memberikan akses menyeluruh terhadapnya.

Thomas mulai membelai pahanya dengan lembut. Setelah beberapa saat tangannya mulai bergerak naik hingga semakin mendekati vaginanya. Terlihat tubuh Della sering menggelinjang, tapi lalu dengan cepat Della menyembunyikan reaksinya tersebut. Setelah beberapa menit kemudian Thomas memindahkan sasarannya dan mulai meremasi pantat Della dengan kedua tangannya. Dapat kulihat area di sekitar vagina Della sudah menjadi basah saat Thomas menjalankan aksinya.

Akhirnya, Thomas kembali pada gerakan awalnya tadi pada bagian dalam paha Della dan membiarkan jarinya berada di dekat vaginanya. Dia benar-benar tahu apa yang sedang diperbuatnya dan dia tahu reaksi yang diberikannya terhadap Della yang mulai menekankan pinggulnya dengan pelan ke karpet. Mereka berdua terlihat sangat menikmati permainan kucing dan tikus ini. Dapat kulihat penis Thomas mendesak keluar dari celananya dan membuat celananya seakan hendak robek karenanya. Dengan cepat diturunkannya risleting celananya dan segera mengeluarkan penis itu. Akhirnya dia tak mampu menahannya lebih lama lagi dan bergerak menaiki tubuh Della dan mulai menggosokkan penisnya naik turun di belahan pantat Della. Dapat kukatakan Della berada dalam dunianya sendiri saat ini, dan jika aku pernah berfantasi tentang dia yang bercinta dengan pria lain, mereka mewujudkannya saat ini. Della sangat sensitive perasaannya saat bercinta dan dia bisa merasakan betapa besar dan kerasnya penisnya yang menekan pada pantatnya itu. Dengan pelan Della mulai menggoyangkan pantatnya pada penis itu dengan mata terpejam, tapi apa yang tergambar pada wajahnya memberitahukanku betapa apa yang tengah dirasakannya sungguh menakjubkan.

Tak lama kemudian, kulucuti pakaianku dan bergerak ke sofa didepan Della. Dengan cepat Della bengkit dan dengan bertumpukan kedua lengan dan kakinya dia mulai menghisap penisku. Della sungguh sangat terbakar gairahnya, dimasukkannya seluruh batang penisku hingga menyodok di tenggorokannya. Dengan posisinya itu membuat pantat Della tepat berada di depan Thomas. Della sepertinya memang menginginkan Thomas berada di belakangnya, berada tepat di belakang vaginanya yang sudah gatal. Aku tahu Della terlalu malu untuk ‘meminta’ begitu juga denganku agar Thomas segera menyetubuhinya dan dengan cara inilah Della mengungkapkannya… Thomas mulai membuat langkah pertamanya!

Aku mengisyaratkan pada Thomas untuk melepaskan sisa pakaian yang masih melekat di tubuhnya. Aku tahu dia memiliki tubuh yang tegap, tapi saat dia melepaskan pakaiannya, tubuhnya terlihat sangat menakjubkan bagiku. Aku tahu Della juga akan menyukai bentuk tubuhnya Thomas dan apalagi penis besarnya itu nanti saat dia memalingkan wajahnya ke belakang melihatnya.

Penis Thomas perlahan tumbuh membesar saat dia melepaskan pakaiannya. Kupegang bahu Della, mengehentikan hisapannya pada penisku, dan menyuruhnya berbalik menghadap pada Thomas yang berlutut di hadapannya. Rasa cintaku padanya sungguh meluap saat ini. Dia menerima Thomas dan menggenggam bola zakarnya dengan tangannya yang halus dan memasukkan penis Thomas yang masih belum erkesi penuh ke dalam mulutnya. Penis Thomas dengan cepat mengeras dalam mulutnya. Dia suka menghisap penisku hingga ke tenggorokannya, tapi saat dia mencoba untuk memasukkan penis Thomas sampai ke tenggorokannya, dapat kulihat dia mengalami kesulitan dengan ukurannya, dan dia hampir tersedak untuk beberapa waktu. Tapi itu malah membuatnya semakin terangsang dan dia terus berusaha memasukkan penis Thomas ke dalam sampai tenggorokannya dapat beradaptasi dengan ukurannya. Belakangan Della menceritakan padaku, jika saja ukuran penis Thomas se inchi saja lebih panjang, dia tak mungkin dapat menampungnya. Saat Della sibuk dengan ‘pekerjaannya’, kusingkirkan lepas celana dalamnya dan mulai menggosok vaginanya dari belakang. Salah satu fantasi terbesarku adalah menggosok Della saat dia menghisap penis besar pria lain dan sekarang aku tahu aku sangat menyukainya. Aku lihat Della sangat asyik dengan ‘pekerjaannya’. Kehangatan cengkeraman dinding vagina Della langsung kurasakan begitu kulesakkan penisku ke dalamnya.

Aku mengayun pelan, kedua tanganku memegangi pinggulnya agar penisku dapat lebih dalam masuk ke dalam vaginanya saat tengan Thomas berada pada kepala Della menggerakkan seperti keinginannya saat dia menyetubuhi mulut Della. Dalam waktu yang bersamaan aku menyetubuhi Della dengan lembut dari arah belakang, Thomas menggoyangnya dengan keras, memasukkan batang penisnya sedalam-dalamnya ke mulutnya dengan tangannya menahan gerakan kepala Della. Della tersedak waktu Thomas berusaha merangsak semakin dalam. Aku dapat mendengar suara kekurangan nafasnya itu, tapi seperti seorang ‘jalang’ yang baik Della tak berhenti dan aku mulai dapat mendengar lenguhannya diantara suara nafasnya yang tersedak saat dia menggoyangkan pinggulnya mengimbangi ayunanku.

Dengan semua yang tengah berlangsung ini dan pemandangan Thomas yang sedang menyetubuhi mulut Della, membuatku tak memerlukan waktu lama untuk berejakulasi di dalam tubuhnya, melumuri dinding vagina Della dengan semburan spermaku. Rasanya seperti kudapatkan orgasme terbesar dalam hidupku. Bisa kulihat orgasmeku dan oral yang diberikan Della mendekatkan orgasme Thomas. Aku ingin menyaksikan Thomas menyetubuhi Della dan keluar dalam vaginanya, maka dengan cepat aku segera bangkit dan menyuruh Della naik ke atas sofa, merangkak untuk baralih menghisap penisku, agar Thomas dapat menyetubuhinya dari belakang. Akan selalu kuingat saat Thomas menyelipkan penisnya ke vagina Della, seperti hal itu berhenti untuk beberapa waktu. Ini adalah fantasi yang sudah lama kudambakan.

Yang membuatku kagum adalah betapa cepatnya gerakan Thomas yang sudah berada di belakang Della dan langsung melesakkan penisnya ke dalam vaginanya. Sepertinya dia hanya mengenal satu kecepatan, dan itu adalah mendorong masuk dengan cepat dan keras. Aku tak tahu apa dia pernah berpikir kalau kami akan menghentikannya menyetubuhi Della, atau kami menyuruhnya untuk memakai kondom terlebih dulu. Sebelum kami sempat bereaksi dengan apa yang dilakukannya dia sudah berada di belakang Della dengan sekejap. Dan seperti yang Della katakan padaku kemudian… Thomas bukannya memasukkan penisnya… Dia menghentakkan seluruh batang penisnya ke dalam vaginanya dengan hanya sebuah dorongan saja. Della juga mengungkapkan padaku kalau dia belum pernah meraskan sebuah penis yang begitu besar, begitu nikmat, dan belum pernah merasa terisi penuh seperti yang dirasakannya akibat penis Thomas saat itu, saat dia melesakkannya dari belakang. Itu membuat nafas Della terhenti sejenak dan dia memutuskan tak perduli apa Thomas memakai kondom atau tidak, atau kalau-kalau dia bisa jadi hamil karenanya. Della ingin dia menyetubuhinya dan merasakan dia menghantam dinding vaginanya dengan penis besarnya tersebut (dan Della belakangan juga menambahkan kalau dia suka dengan bola zakarnya, yang lebih besar dan lebih berat dari milikku dan lebih jauh menggantung, hingga saat dia sedang menyetubuhinya, kantung bola zakarnya itu akan menampar kelentitnya yang membuatnya menggelinjang kegelian).

Tak perlu dikatakan lagi menyaksikan momen ini dan melihat ekspresi wajah Della saat dia menghisapku mendorongku dengan cepat ke batas akhir untuk yang kedua kalinya. Sepertinya aku keluar lebih keras dan lebih lama dari yang pernah kualami, yang menyebabkan Della membuka matanya dan menatapku dengan mimik yang lucu. Aku terus mengisi mulutnya dengan berjuta sperma yang dihisap dan ditelannya. Sebuah pengalaman pertama dalam hidupku yang sangat menguras staminaku dan membuat aku dua kali orgasme dengan hebatnya.

Saat aku berejakulasi dalam mulut Della, Thomas menyetubuhinya dengan keras dan cepat dari belakang. Aku bangkit dan menyingkir dari medan pertempuran mereka, dengan cepat Thomas langsung membalikkan tubuh Della agar rebah pada punggungnya. Lalu Thomas kembali memasukkan penisnya yang terlihat semakin bertambah besar saja, dan mereka mulai berciuaman dengan rapat, kaki Della berada di bahu Thomas. Dengan kaki Della yang berada di bahunya, Thomas mulai mengayun dengan tenaga yang tak pernah kubayangkan sebelumnya. Lengan Della melingkari leher Thomas saat dia menghentak tubuhnya.

Saat itu aku ingin menghentikan Thomas dan menyuruhnya agar memakai kondom agar Della tidak hamil. Tapi saat kulihat mereka berdua, dapat kulihat bahwa Della sudah terlalu jauh untuk dihentikan dan Thomas tengah berada dalam iramanya yang tak kutemukan celah untuk menghentikannya sebentar. Setelah beberapa menit melihat mereka berdua bergerak semakin keras, itu membuatku semakin terangsang hingga tak mampu berkata apapun, apalagi Della tak pernah meminta Thomas untuk memakai kondom. Mungkin saat ini bukan masa suburnya atau dia bahkan tak memusingkan hal itu. Disamping itu, hal ini sangat liar dan seksi bercampur menjadi saru menyaksikan seorang pria asing menyetubuhi istriku tepat di depan mataku sendiri… dan di rumahku sendiri… dengan seijinku. Kepala Della terlempar ke sana-kemari dan kedua kelopak matanya terpejam rapat saat dia dengan rela membiarkan Thomas menyetubuhinya. Yang membuatku sedikit terkejut ternyata jika Della sedang berada di puncak gairahnya, dia bias mengumpat sepeti seorang wanita jalang dan saat dia tahu Thomas akan segera orgasme dia menyuruhnya agar keluar jauh di dalam vaginanya! Aku hanya duduk di samping mereka, melihat, tapi aku tahu kalau aku mengingatkan Della tentang kondom, itu akan merusak semuanya dan dia akan sangat marah. Belakangan dia mengatakan kalau itu terasa sangat aneh merasakan penis Thomas mengisi penuh vaginanya tanpa kondom. Setiap Thomas mendorong, rasanya dia mendapatkan sebuah orgasme kecil. Saat akhirnya Thomas orgasme, dia dapat merasakan penisnya berdenyut meledakkan spermanya, dan spermanya menghantam jauh ke tempat yang belum pernah diraskannya sebelumnya. Waktu Thomas mulai oberejakulasi, Della mengerang keras, dia dapat merasakan penisnya menjadi bertambah besar, dan dia semakin keras menjerit merasakan sperma Thomas mengahantam jauh di dalam tubuhnya. Della mendapatkan orgasmenya sendiri karenanya, tubuhnya bergetar hebat, dia menyentakkan pinggulnya semakin merapat pada tubuh Thomas agar dia semakin masuk ke dalam.

Ini membuatku terangsang sekaligus membuatku takut. Belakangan Della meyakinkanku kalu saat itu memang dia sedang tidak dalam masa suburnya dan syukurlah ternyata dia benar.

Ini adalah permulaan dari serangkaian persetubuhan yang panas dan setiap kalinya tak kurang dari empat jam non stop kecuali untuk mandi berendam dengan air panas.

Saat Thomas orgasme, dia rebah pada punggungnya tapi Della tak mengijinkannya beristirahat. Rambutnya terlihat basah oleh keringat melekat pada wajah, leher dan bahu dan dadanya yang semuanya terlihat bersemu merah setelah mendapatkan begitu banyak orgasme. Setiap saat spermanya akan meledak, Della segera menghisap penisnya jauh ke dalam tenggorokannya hingga penisnya mengeras kembali. Dengan penis besarnya tersebut, Thomas tak banyak mendapatkan wanita yang dapat menghisap penisnya hingga jauh ke dalam tenggorokan, maka setiap Della berusaha memasukkan penisnya ke dalam tenggorokannya membuat Thomas bergairah dan ereksi segera. Della belakangan mengatakan kalau dia belum pernah meraskan penis yang terasa begitu lembut dalam mulutnya.

Yang membuat Della begitu bergairah saat berhubungan seks dengan Thomas adalah kenyataan bahwa Thomas mampu menyetubuhinya dengan sangat keras. Dan juga Thomas selalu menampar bongkahan pantat Della setiap kali dia mengayun sampai pantatnya merah dibuatnya. Serta gigitannya pada putting Della yang sangat sensitive, yang hanya dengan menggosoknya saja dapat memberinya orgasme, sangat menaikkan kenikmatannya. Della selalu menyuruhku agar berbuat lebih keras lagi terhadapnya saat bercinta tanpa harus menjadi kejam. Entah bagaimana, perlakuan Thomas itu membuatku khawatir sampai di mana batas ketahanan yang dimiliki Della. Aku menyadari hal itu saat melihat betapa sosok pria jalanan yang dimiliki Thomas selalu membuatnya bergairah kembali dengan perlakuannya yang keras dan cenderung kasar itu. Itu sangat kontras dengan gambaran percintaan kami selama ini. Meskipun sejak kusuruh Thomas untuk menyetubuhinya dengan caranya sendiri dan itu memang membuat Della bergairah dan liar.

Della adalah satu-satunya wanita yang pernah kutemui yang benar-benar menyukai menghisap penis hingga ke dalam tenggorkannya dan menelan sperma seorang pria, dan dapat kulihat dia ingin Thomas agar keluar jauh di dalam tenggorokannya. Saat menghisapnya, Della mulai memasukkan jarinya ke dalam lubang anus Thomas diiringi dengan remasan tangannya pada kantung bola zakarnya yang membuat Thomas mengerang keenakan. Setiap kali Della menambah dorongan jarinya masuk ke dalam lubang anusnya, Thomas menggelinjang, lalu mengerang. Sangat erotis buatku, Della ingin merasakan spermanya seperti yang dikatakannya padaku kemudian. Aku terpesona menyaksikan mereka berdua yang terlihat sangat indah dan seksi dan tubuh Thomas yang selalu menggelinjang karena perlakuan Della. Dan akhir dari pertahanannya, dia mengangkat pantatnya naik dari atas karpet dan mengerang keras mengiringi ledakan spermanya. Thomas menahan belakang kepala Della agar tak bergerak. Belum pernah kudengar suara yang seperti ini, Thomas mengerang dengan nyaring, suaranya hampir menyerupai suara seorang wanita. Reaksi tubuh Thomas membakar gairah Della, dan dia tak akan melepaskan Thomas saat dia menghisap habis sperma Thomas hingga tetesan terakhir.

Della menceritakan padaku berulang kali setelahnya bahwa dia menyukai rasa dari spermanya itu. Kupikir memang jelas Della menyukai apapun yang dimiliki Thomas. Setelah Thomas cukup pulih, dengan bercanda dia mengatakan bahwa dia keluar dengam dahsyat hingga dapat membuat langit-langit ruang keluarga ini jebol jika Della tak mengisapnya tadi. Della suka dengan antusiasnya dan mengatakan tidak apa-apa sekeras apapun dia keluar dalam tenggorokannya.

Kami bertiga perlu istirahat dan pergi berendam dengan air panas dalam bak mandi. Aku pikir mereka berduia sudah selesai, tapi mereka mulai saling menyentuh, saat bibir mereka saling melumat, membuatku ereksi keras untuk yang ke empat kalinya. Rasanya aneh melihat mereka tak merasakan kelelahan dalam berhubungan seks. Mereka memasuki sebuah level yang baru. Della sedang bercinta dengan Thomas dan aku merasakan cemburu dan terangsang dalam waktu yang sama.

Akhirnya, aku mengajak mereka keluar dari kamar mandi dan meneruskan kesenangan ini. Kami keluar dari kamar mandi dan hisapan Della membuat Thomas mengeras lagi dan Della naik ke atas tubuh Thomas yang duduk di atas sofa dan dia menyetubuhinya dengan liar sampai kupikir sofa itu akan patah dibuatnya. Nafas Della terdengar memburu saat dia berusaha meraih orgasmenya lagi dengan cara yang cepat. Jelas Thomas nampak belum selesai dengan Della karena saat Della akhirnya rebah dalam pelukannya dengan orgasme yang diraihnya, Thomas langsung mendorong tubuh Della merangkak di atas karpet dan memposisikan dirinya di belakang Della.

Kupikir dia akan memasuki Della dari belakang lagi, tapi akau salah. Dengan lemah Della berusaha mencegah Thomas yang berusaha memasukkan penisnya ke dalam lubang anusnya, tapi Della terlalu lemah setelah orgasme tadi. Dengan mudah Thomas menepis penolakan yang diberikan Della dan meneruskan usahanya untuk masuk. Aku melihat saat dia melebarkan lubang anusnya dan menekan kepala penisnya yang besar membelah otot lubang anus Della yang rapat. Della menggelinjang dan dengan lemah memohonnya untuk berhenti, tapi Thomas tak mendengarkannya. Kupikir ini saatnya aku maju dan menghentikannya… tapi aku tak mampu, aku sudah sangat terangsang. Aku sudah tersihir dengan apa yang kusaksikan dan berharap dia memberikan anal seks pada Della. Della meronta berusaha menjauh dari penisnya, tapi kemudian Thomas mencengkeram dengan erat pinggul Della sampai meninggalkan bekas di sana. Lalu dia mulai memasukkan penisnya membelah lubang anus Della. Della tak menyadarinya, tapi matanya terpejam rapat ketakutan, yang malah membuat Thomas dan aku semakin bergairah. Della menatapku, mengisyaratkan agar aku menghentikan Thomas, tapi aku tak bertenaga, tak mampu bergerak atau bereaksi, aku begitu terangsang. Dia kembali menatapku dan aku mamberinya pandangan tak berdaya. Dia sadar kalau aku tak akan melakukan apapun dan akhirnya dia pejamkan matanya dan mencoba untuk tenang.

Pada akhirnya usaha Thomas berhasil dan mendorong kepala penisnya masuk ke dalam lubang anus Della membuatnya merintih kesakitan, meremas karpet dengan kedua tangannya. Thomas terus mendorong sampai akhirnya batang penisnya masuk ke dalam lubang anus Della seluruhnya hingga kantung bola zakarnya dengan mengejutkan menghantam kelentit Della. Della lebih membenamkan wajahnya di karpet dan menjerit. Sekujur tubuhnya bergetar, dan dia mulai merintih kesakitan. Aku melihat mendekat dan dapat kutemui air matanya keluar membasahi pipinya. Dengan penisnya yang sudah seluruhnya tertanam dalam lubang anus Della, Thomas memegangi pinggul Della dengan erat dan memandangku dengan tersenyum lebar. Aku tak akan melupakan wajah puasnya yang menggambarkan kekuasaannya terhadap seorang wanita dan mendominasinya secara menyeluruh. Dia dapat melakukan apapun terhadap Della. Thomas mulai menyetubuhi lubang anusnya dan dapat kulihat Della akhirnya menangis dan masih tetap berusaha mengeluarkan penis Thomas dari dalam anusnya. Dia tak menikmati paksaan Thomas terhadap anusnya. Kukira mungkin Thomas akan berhenti, tapi dia terlihat yakin dengan apa yang dilakukannya meskipun Della masih berontak menolaknya, yang malah membuat lubang anusnya semakin merapat… dan semakin merangsang aku dan Thomas.

Dengan senyuman dan pandangan yang mengatakan ‘lihatlah saat aku membuat istrimu menjerit dan orgasme yang tak pernah di alaminya sebelumnya,’ kemudian dia semakin mempererat pegangannya pada pinggul Della dan mulai bergerak mengayun keluar masuk dalam lubang anusnya yang kecil. Tak bisa kupercaya Thomas dapat memasukkan penisnya yang besar itu ke dalam lubang anus Della yang rapat dan kecil itu, tapi entah bagaimana dai dapat melakukannya. Belum ada yang sebesar itu memasukinya sebelumnya dan itu membuatnya kesakitan. Air matanya terus mengalir dan tubuhnya yang terus mengejang, tapi aku tak mampu menghentikan Thomas, karena belum pernah kurasakan se-terangsang ini dalam hidupku sebelumnya. Gerakan mengayunnya membuat suara aneh saat kantung bola zakarnya menghantam kelentit dan vagina Della berulang-ulang.

Setelah beberapa ayuna panjang dalam lubang anus Della, akhirnya dapat kudengar suara basah yang keluar dari dalam lubang anusnya dan bersamaan dengan itu Della mulai terlihat tenang. Perlahan mulai dilepaskannya cengkeraman tangannya pada karpet, seiring dia yang mulai menggerakkan pinggulnya mengimbangi gerakan mengayun Thomas. Aku benar-benar terkejut! Thomas tak pernah menghentikan gerakannya dan kemudian yang terjadi sungguh tak dapat dipercaya… Della mulai mengeluarkan gumaman kata-kata dan suara yang belum pernah kudengar. Belum pernah aku merasa begitu bangga terhadapnya seperti sekarang ini. Aku lihat lubang anusnya melebar dengan rapat mencengkeram batang penis Thomas yang membuatku yakin mengira kalau lubang anusnya akan robek lebar. Setiap kali Thomas menarik penisnya keluar, anusnya akan tertarik keluar dengan rapat bersamanya. Stamina yang dimiliki Thomas sungguh mengagumkan (sejak dia mengalami orgasme berulang kali sepengetahuanku, kali ini dia masih mampu bertahan selama ini)

Tiba-tiba sebuah erangan keras keluar dari mulut istriku saat dengan tanpa henti Thomas menyodok penisnya dengan sebuah hentakan keras ke dalam lubang anus Della sambil tangannya melebarkan bongkahan pantatnya agar dia dapat masuk sedalam mungkin. Kepala Della terlempar ke belakang dan dia mengerang berusaha menarik nafasnya yang terhenti. Dia tak lagi seperti seorang wanita yang kutahu selama ini saat bercinta. Thomas telah membawanya pada level yang belum pernah dimasukinya. Suara erangannya bagaikan seekor hewan. Thomas melihatku dari balik punggungnya, memastikan apakah aku melihat jelas lubang anus istriku yang di masuki oleh penisnya. Perhatianku terpecah antara melihat lubang anus istriku yang sedang dikerjai Thomas dan konsentrasiku pada masturbasi yang kulakukan saat ini. Dengan sebuah senyuman yang tak kumengerti artinya, dia meneruskan ‘pekerjaannya’ terhadap istriku tersayang, Della yang tak hentinya mengerang dan mendapatkan orgasme beruntun.

Setelah 3 atau 4 kali orgasmenya kini tiada hentinya dia mendapatkan orgasme lagi secara berkesinambungan. Belum pernah kulihat seorang wanita di film atau dimanapun yang mendapatkan orgasme berkesinambungan seperti yang dialami Della malam ini. Tak dapat kupalingkan mataku dari penis Thomas yang bergerak keluar masuk dalam lubang anus istriku yang rapat. Cairan cinta Della terus mengalir pada pahanya. Tubuhnya terus menggelinjang dibawah ayunan pria yang menyetubuhinya tanpa henti

Aku tak menghitung lagi berapa kali dia membuat Della orgasme, tapi Della mendapatkan orgasme berulang kali hingga dia dengan lemah berusaha merangkak, sedangkan penis Thomas masih menancap dengan mantap dalam lubang anusnya. Thomas tak ingin melepaskannya dan mengikutinya hingga Della merebahkan tubuh bagian atasnya di atas sofa. Dengan sigap Thomas langsung memegangi pinggulnya dan kembali menyetubuhinya hingga getaran orgasme menggoyang tubuhnya lagi. Della tak mampu lagi mengendalikan tubuhnya yang terbaring lemas di atas sofa membiarkan Thomas terus menyetubuhinya. Aku kagum pada stamina Thomas, aku harap dia mau berbelas kasihan barang sebentar terhadap Della, tapi dia tidak. Dia tetap mencengkeram pinggul Della dengan keras dan langsung mengocok lubang anusnya dengan tanpa ampun. Saat akhirnya dia mencapai orgasmenya sendiri, bagian matanya yang hitam seolah hilang lenyap ke dalam rongga matanya, dan dia mengerang keras sampai-sampai aku takut tetangga sebelah akan mendengarnya. Della tahu kalau Thomas akhirnya keluar dan dia menggoyangkan pantatnya dan mulutnya mulai mengerang memohon agar Thomas keluar jauh di dalam lubang anusnya. Dia meledakkan bom sperma yang amat dahsyat, dan kemudian jatuh terhempas di atas pantat Della, seiring Della yang kembali mendaparkan orgasme terbesarnya malam ini.

Pemandangan ini terlihat sangat erotis dengan cairan cinta Della yang membasahi semua tempat, dan sperma Thomas yang meleleh keluar dari lubang anusnya. Saat Thomas berbaring kecapaian di atas lantai, Della tergeletak di atas sofa dengan sebuah lelehan sperma yang panjang turun dari pantatnya. Aku memandangi sperma tersebut yang tak terputus hingga akhirnya jatuh menetes di atas karpet dan membentuk sebuah pola basah yang semakin membesar.

Setelah berejakulasi dia tergeletak di atas lantai membiarkan Della yang masih lemah dengan tubuh yang setengahnya berada di atas sofa. Dia juga teramat lelah untuk bergerak. Tak dapat kulupakan pemandangan setelah Thomas menarik keluar penisnya dan Della hanya diam terbaring di sana. Lubang anusnya tebuka lebar hingga anda dapat melihat ke dalamnya. Anal seks yang baru saja mereka lakukan meyakinkanku saat kulihat spermanya yang meleleh keluar dari dalam lubang anus Della kalau aku menyukai segala yang terjadi. Pemandangan tadi membuatku segera menaiki tubuh Della dan ‘menyumbangkan’ spermaku ke lubang anusnya yang sudah merekah. Lubang anusnya terasa sudah kendor dan membuka lebar.

Sejak saat itu tiga kali lagi kami bersama menghabiskan waktu dengan bercinta dan bercinta lagi. Della jadi ketagihan menjadi budak seksnya dan bersedia melakukan apapun keinginannya. Dia menjadi sangat penurut terhadapnya dan menelan sperma se sering yang Thomas kehendaki, atau Della mengijinkannya menyetubuhi lubang anusnya. Sangat menarik mengamati perubahan yang terjadi pada diri Della, kuperhatikan dia menyukai di dominasi secara menyeluruh saat berhubungan seks. Thomas menyukai lubang anus Della dan dia sering menyetubuhi lubang anus Della saat kita bertiga melakukan persetubuhan dan Della selalu mendapatkan multi orgasmenya setiap kali Thomas melakukan itu padanya.

Suatu kali Thomas mengikuti Della berjalan menuju ke kamar kami untuk mandi setelah bersetubuh selama 3 jam non stop. Thomas masuk ke dalam kamar mandi bersamanya dan mereka kembali bersetubuh di dalam kamar mandi tersebut. Aku melihatnya dari balik kaca kamar mandi, pemandangan yang kusaksikan semakin bertambah erotis dengan butiran-butiran air yang ada di sekujur tubuh mereka dan dia menyetubuhi Della dari belakang.

Tiba-tiba, membuat kami kecewa, Thomas harus segera meninggalkan kota ini. Kami merindukan seks bersama Thomas, tapi selalu berterima kasih dengan pertolongannya terhadap Della dan aku sadar kami berdua menikmati ada seorang pria lain yang bercinta dengan Della. Pengalaman seksual Della bersama Thomas merubah seluruh kehidupan seksualnya dan bagaimana terbukanya dia terhadap eksplorasi kehidupan seksual kami. Untungnya dia tidak hamil setelah bersama Thomas.

Aku sangat berhutang budi terhadap Thomas yang telah membebaskan gairah seksual Della. Pengalamani bersamanya dalam ‘permainan bertiga’ kami membuat Della menyukai melakukan hubungan seks dengan dua orang pria bersamaan, dan sekarang bahkan dengan wanita juga. Sejak dengan Thomas… dia sudah melakukannya dengan beberapa pria lain yang ukuran penisnya bahkan lebih besar dari penis raksasanya Thomas. Dia tak lagi merasa takut bersama dengan pria lain selain aku untuk bercinta. Dia menikmatinya. Dia menikmati seks, tapi kami berdua sepakat kalau dia tak akan melakukannya tanpa kehadiranku.